Rintik hujan meluruh lirih. Membawa aura dingin yang menusuk. Tetes-tetes dari langit itu menyebar lembut,terkadang lebih deras. Suaranya cempreng bertabrakan dengan atap seng di atas rumah.
Tazkia masih termangu, tidak tahu dengan apa yang akan dilakukan nya. Persiapan puasa ramadan tahun ini terasa hambar. Tazkia merasa gamang menjalani hari-harinya menjelang puasa.
Persiapan puasa yang ditunggu-tunggu nya berubah seketika. Semangatnya luruh, jatuh terkulai dengan sesuatu yang memukul jiwa.
"Dek, ada apa termenung di situ?"
Tazkia terlonjak kaget. Suara Mas Tyo sebenarnya biasa saja, tapi Tazkia sedang melamun, tentunya mengagetkan saat tiba-tiba Mas Tyo sudah ada di depannya.
Mungkin sudah dari tadi memanggil namanya, tapi Tazkia tidak mendengar karena berada di pojok rooftop sambil memandang hujan.
"Eh...iseng saja,Mas!" Jawab Tazkia tersipu.
"Ayo turun. Aku cari dari tadi ternyata di sini," Mas Tyo menggandengnya. Tazkia menurut, patuh mengikuti langkah Mas Tyo menuruni tangga.
"Hoek...Hoek..!" Tazkia memegangi perutnya. Wajahnya pucat. Ada rasa yang sulit diungkap.
Tazkia melepas tangan Mas Tyo dan berlari ke toilet. Di sana Tazkia memuntahkan isi perutnya sambil berlinang air mata.