Kopi gula aren dan sate kelinci terhidang di depan kami berdua.
Dua lansia yang suka mengembara.
Melanjutkan hidup dalam langkah merdeka.
Jajah desa milang Kori mengakrabi semesta.
Loh...kok malah berpuisi?
Kopi gula aren dan sate kelinci, bisa jadi adalah pangan lokal yang tidak bisa ditemui di sembarang tempat.
Dulu, sate kelinci mudah ditemukan di telaga sarangan. Tapi terakhir ke sana hampir tidak ada penjual sate kelinci yang bisa ditemui.
Suasana di salah satu tempat wisata ini memang syahdu membiru. Halah..
Sebuah tempat wisata yang sedikit terbengkalai sepertinya, tapi justru di situ keasrian dan suasana alamnya masih terjaga.
Burung dara beterbangan dan suara burung liar mengumandangkan orkestra unik dan menarik.
Bahkan suara garengpung, sejenis serangga memecah kesunyian yang begitu damai.
Berdua kami menjelajah, sementara ayah asyik tiduran berayun-ayun di atas Hammock yang terpasang di antara batang-batang pinus.
Saat menjelajah lapak-lapak kuliner yang berjajar di sepanjang hutan pinus, mataku menangkap menu yang menarik.