Allahumma shoyyiban nafi'an ( Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.)
Hari ini hujan turun cukup deras. Alhamdulillah. Cuaca juga masih mendung, dan dingin mulai membelai kulit. Berusaha mengingat produk lokal yang berkhasiat sebagai penghangat. Bukan pangan lokal, tapi minuman lokal yang khas.
Sepertinya enak minum yang hangat-hangat dan berkhasiat. Bisa juga ditemani pangan lokal yang khas seperti kupat tahu. Nyamleng pastinya.
Teringat masih ada satu pack wedang uwuh oleh-oleh dari kakak ipar saat pertemuan keluarga di awal Desember lalu. Oleh-oleh khas pangan lokal dan juga minuman khas daerah.
Wedang uwuh.
Namanya unik, sebab di Jawa, uwuh artinya sampah. Entah kenapa tidak dinamai wedang anget(hangat), atau nama lain yang menyiratkan khasiatnya, atau bagaimana.
Misalnya wedang kukuh. Biar yg minum jadi kukuh, kokoh dan kuat. Hehehe...
Konon di Imogiri, bahan wedang uwuh di antaranya adalah cengkih, beserta tangkai bunga dan daunnya dikumpulkan dengan disapu seperti sampah, jadi dinamakan wedang uwuh.
Tapi bisa juga karena penampakannya seperti kumpulan uwuh(sampah) yang diseduh.
Sejarah Wedang Uwuh
Meski dinamai uwuh dan seperti kumpulan sampah, ternyata wedang uwuh bukan minuman sembarangan.
Dikutip dari kanalpengetahuan.farmasi.ugm,
Sejarah Wedang Uwuh bermula saat Sultan Agung, Raja Mataram meminta abdinya untuk dibuatkan minuman penghangat tubuh.