Misteri Kopi, Garam, Gula dan Daya Beli Turun

"Buatkan kopi!" Katamu. "Tak ada gula! jawabku. Daya beli turun, kita harus ngirit."

"Buatkan kopi!" Katamu kekeuh. Pertanda tak sudi dibantah. "Kopi pahit?" Tanyaku berbisik. "Kopi pahit!" Jawabmu yakin. 

Baiklah! Daya beli turun, kita harus berhemat. Hidup ala frugal living, meminjam istilah kekinian. 

Secangkir kopi pahit untukmu. Mengepul dengan aroma kopi yang memeluk kafein. "Enak!" Katamu tanpa kuduga. Aku nyengir. 

Mungkin kau tak tahu. Di tiktok ada tips menikmati kopi tanpa gula. Diganti garam. Gila, batinku. 

Kopi tanpa gula, diganti garam. Apa bedanya? Sensasinya? Bagiku garam dan gula tiada beda. Sama-sama berbahaya. 

Kamu penikmat kopi pahit? Iya, jawabmu mantap. Kopi itu vitamin otak. Daya beli turun tak perlu beli suplemen. 

Masak? Tanyaku sangsi. Minumlah kopi. Saat tes mental, peminum kopi mendapat skor lebih tinggi. Kuat ingatan. 

Aku tak berdusta, itu hasil Studi tahun 2014 dalam The Journal of Nutrition. Apakah kamu mau membantah? 

Satu lagi, Universitas John Hopkins yang bergengsi juga meneliti. Kafein dalam kopi memperkuat ingatan. Kamu percaya? 

Aku percaya. Jawabku santai. Bagiku, kopi itu nikmat dan candu. Aromanya mendekap kuat dan susah dilepas. 

Ah, kamu memang pintar omong. Kita nikmati saja kopi garam tanpa gula. Ayuk kataku. Minum saja kopi garammu. 

Kusesap nikmat kopiku, bukan kopimu. Daya beli turun, tapi aku tak sudi minum kopi garam. Sambil menyeringai kusesap kopiku yang manis.....