Maharani sedang jenuh dengan pekerjaannya.
Sebagai konten kreator, idenya serasa mampet.
Di satu sisi, dia sadar kesehatan jiwa nya sedang terganggu.
Di lain sisi, dia tak ingin terlihat rapuh dan menyedihkan.
Rintik hujan menyelimuti hatinya dengan rasa dingin yang nyeri.
Entah, apa yang sebenarnya sedang dirasakan, dirinya tak paham.
Membaca pantun gombal yang lucu-lucu tak juga meredam kegalauan hatinya.
Hatinya serasa dingin dan beku. Perlahan meleleh. Tapi setiap kali meleleh, seperti mengalirkan darah yang diikuti rasa nyeri.
Air matanya nyaris menitik, tapi tidak jadi. Dia merasa air mata membuatnya terasa menyedihkan dan perlu dikasihani.
Tidak! Itu bukan dirinya. Air matanya hampir tidak pernah mengalir untuk menangisi hal-hal seperti ini. Dia merasa jengkel dan terhina.