"Assalamu'alaikum..! "
"Wa'alaikumsalam warahmatulloh..! "
"Jenangnya, Bu..!"
"Nggih Mbah! Sebentar ya..
Aku bergegas mengambil mangkok dan uang 5 ribu.
Sebenarnya, beli 2 ribu juga boleh. Tapi daripada terlalu sedikit dan repot ambil banyak wadah, aku lebih suka beli 5 ribu jadikan semangkok.
Terkadang makan berdua sama suami. Terkadang dihabiskan sendiri sama suami.
Mbah Wiji sudah lumayan sepuh, tapi masih lincah dan cekatan. Setiap hari bersepeda keliling desa menjajakan bubur atau jenang sumsum.
Setiap kali melihat Mbah Wiji, saya teringat ibu. Usia mereka mungkin tidak jauh berbeda. Tapi Mbah Wiji masih begitu gesit.