Bus Akap itu melaju pelan di area terminal untuk berhenti sejenak dan menurunkan penumpang.
Tentunya sambil mencari penumpang juga. Saya sudah tak sabar, sebab urin yang tersimpan sudah minta dikeluarkan.
Sambil fokus memperhatikan jalan turun dari bus, saya celingukan mencari toilet.
Sepertinya seorang bapak di depan saya juga sama. Dia juga tergesa ingin lari ke toilet.
Tanpa pikir panjang, saya ikuti bapak di depan saya.
Terlihat tulisan toilet dari balik kaca yang terpasang mengelilingi lorong terminal.
Saya tergesa mengikuti bapak di depan saya yang langkahnya panjang dan cepat, tapi pintu masuk ke arah toilet tak jua ketemu.
"Duarrr!!! Duh, ternyata bukan pintu, tapi kaca terkunci. Sudah sakit, malu lagi. Eh..
Sampai ujung, bapak itu berbalik dan berkata, "Pintunya nggak ada! "
"Ya Allah! " Saya hampir menangis. Saya betul-betul sudah kebelet, bapak yang di depan malah menyesatkan!