Sudah sekitar 5 hari BBM naik. Demo menolak kenaikan harga BBM masih banyak terjadi. Yang tidak menolak juga banyak. Tepatnya pasrah.
Kalau boleh menolak, pastilah semua inginnya BBM nggak naik, malah turun. Kalau bisa gaji saja yang naik. Itu kalau yang punya gaji. Haa...
Salah satu yang menjadi kekhawatiran tentunya kenaikan BBM akan memicu kenaikan harga barang dan kebutuhan lain.
Tentunya akan memberatkan bagi rakyat. Atau lebih Ksatria kalau saya bilang memberatkan bagi saya selaku Ibu Rumah Tangga yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup berumah tangga, khususnya pengelolaan finansial. Halah..
Pagi ini saya mengawali sidak pribadi di swalayan dekat rumah. Melirik harga sembako lah..
Minyak goreng kemasan 2 liter, yang dulu promo ternyata masih ada dan masih tetap dengan harga promo.
Yowes, sebagai emak-emak bijak, menghemat jatah uang belanja, beli ini saja.
Untuk gula pasir, yang curah sama kemasan selisih sekitar 2.000-2500. Yowes, beli di grosir saja (njlimet deh jadi emak-emak. Tuh liat perjuangan emak-emak nyukup-nyukupin uang belanja suami. Jangan dikira emak-emak nggak pandai bersyukur yaaa..
Mie instan yang biasa, berkisar di angka 3 ribu. Beli 5 biji buat persediaan. Biasanya sih berbulan-bulan masih utuh, hihihi...
Belanja lanjut ke pedagang telur pinggir jalan. Ini biasanya harganya agak miring. Kan nggak butuh sewa tempat, hehehe..