Bulan Agustus sudah berlangsung sekitar 2 pekan. Seperti biasanya, suasana menyambut kemerdekaan mulai terlihat. Dari pemasangan umbul-umbul sampai lampu LED yang berpendar indah bergerak ritmis memanjakan mata.
Semakin mendekati hari peringatan proklamasi, lomba-lomba yang kreatif, unik dan lucu akan kembali dilaksanakan. Mungkin di artikel yang akan datang saya akan mengulas lomba panjat pinang, memecah air warna warni dalam plastik, dan lomba menangkap ikan lele yang seru dan menghibur.
Namun, tak kalah dengan gebyar material menata lingkungan RT, RW maupun desa dan seterusnya, bidang spiritual tak mau kalah ikut unjuk gigi.
Sekitar awal Agustus yang lalu, di dukuh ndruju, Desa Singgahan Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun diselenggarakan Pengajian Suran (bulan suro) dan peringatan hari kemerdekaan ke-77 RI.
Acara yang bertajuk Pengajian Suran dan Agustusan ini menghadirkan pembicara dari Kota Solo, yaitu :
Habib Muhammad Bin Yahya Baraqbah dari solo. Dan dilaksanakan di Lapangan Druju Singgahan Kebonsari, madiun.
Beliau, Sang Habib dalam Tausiyahnya sejenak bercerita, saat mendapat tamu dari Yaman yang diajak berwisata ke tawangmangu, belum sampai lokasi sudah minta turun. Tak sabar melihat jernihnya air sungai yang mengalir di pinggir jalan, turun ke sungai dan "keceh" (main air) di sungai, yang bagi rakyat Indonesia tentunya sungai yang mengalir di sepanjang perjalanan itu adalah hal biasa yang bisa ditemui di hampir semua tempat.
"Masya Allah.. masya Allah." Rakyat Indonesia nantinya semua masuk surga.
"Aamiin..Alhamdulillah, desis Sang Habib.
" Tapi masuk surga nya belakangan, kata sang tamu, "