Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Orangtua Berstatus Jobless, Mungkinkah Menyekolahkan Anak lewat Jalur Mandiri?

Diperbarui: 30 Juli 2022   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

llustrasi uang kuliah anak yang semakin tinggi (Sumber: Thinkstock)

Topik Kompasiana tentang biaya kuliah mahal, membuat saya teringat bagaimana nikmatnya menguliahkan anak sedang saya bukan pekerja, alias jobless. 

Penghasilan hanya satu, bersumber dari gaji suami. Sedang anak-anak saya hanya selisih umur satu tahun lebih sedikit, sedang tingkatan sekolah hanya selisih satu tahun, otomatis berurutan. 

Agak sulit dijelaskan jika saya nyaris tidak mengalami kesulitan dalam biaya. Meski kehidupan sehari-hari ala kadarnya dan tidak berlebihan, nyatanya urusan pembiayaan kuliah dan akomodasi anak-anak selama kuliah tidak ada masalah, meski mungkin anak-anak pernah terpaksa puasa karena tanggal tua, transferan belum saatnya dikirim, dan tidak berani meminta. Eh... (Semoga tidak). 

Sebenarnya, sejak anak-anak mulai masuk TK (play group), kami sudah mulai menabung. Mungkin tidak banyak. Bahkan mungkin para pakar ekonomi akan mencibir. Jumlah seperti itu tidak ada gunanya, karena faktor laju inflasi dan hal-hal yang mempengaruhi nilai uang, akan membuat nilai uang menurun dan merugi. 

Tapi kami membandel, biar saja menjadi orang bodoh, tapi mempunyai tabungan tentu berbeda dengan tidak mempunyai tabungan. 

Yang pertama, tabungan kami isi setiap bulan dengan nominal tetap, dan tak pernah diambil. 

Diambil setelah si sulung mulai kuliah, 12 tahun kemudian. 

Kebetulan, si sulung diterima di 3 universitas, tapi yang paling disukai, dia diterima lewat jalur mandiri. Seleksi paling akhir dibanding jalur lainnya. Dan diberlakukan UKT tertinggi. 

Kalau mau jujur, tabungan untuk biaya kuliah si sulung hanya cukup untuk membayar UKT 2 semester, atau setahun. Tapi untungnya, dengan hidup minimalis, kondisi keuangan kami cukup sehat, sehingga dengan disiplin keuangan, tidak ada masalah finansial saat si sulung mulai kuliah. 

Hanya pernah sekali telat bayar UKT gara-gara salah paham. Si sulung mengira, kampus memberi keringanan UKT, dikira bebas UKT. Ternyata UKT harus dibayar, tapi waktunya bisa mundur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline