Jan Woke menyeringai menatap foto masa mudanya dengan rambut kribo mengembang.
Tubuh kurusnya dengan rambut kribo, mirip gambar batang pohon dan dedaun yang melingkar tak beraturan layaknya gambar pohon yang dibuat murid Taman Kanak-kanak.
"Cling!!! "
Jan Woke tersenyum memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang offside tapi aman karena wasit pengadil tidak meniup peluit sehingga tidak ada pelanggaran yang membuahkan penalti. Eh... Memangnya sepak bola?
"Brottt! " Bau busuk langsung menguar.
Jan Woke mengeluarkan bom yang membuat perutnya lega.
"Lega...! " Untung tidak ada yang melihat dan mendengar," Jan Woke tersenyum tengil sambil mengelus perutnya yg tadi sempat tak nyaman.
Merasa aman, karena Diajeng Mudi Okyei sedang masak jauh di dapur. Kalau ketahuan dia buang angin di meja makan, bisa-bisa istrinya ngamuk dan ngambek tidak mau masak seharian.
Mata sipit yang membulat garang, sambil berkacak pinggang tahu-tahu sudah berada di hadapan Jan yang sampai terpental nyaris masuk wastafel.
" Jorok! " Tidak punya etika! "Aku tak mau menemani makan," istrinya murka.