Sudah bukan hal aneh, jika anak-anak akan mendapatkan THR dari sanak saudara, kaum kerabat. Bahkan tidak jarang, THR yang terkumpul jumlahnya relatif besar dan fantastis, dari ratusan ribu sampai jutaan.
Jika dibiarkan, pastilah anak-anak yang berpikirnya masih terbatas akan segera membelanjakan uangnya sesuai keinginan dan cepat habis. Tanpa berpikir apakah barang atau mungkin makanan yang akan dibeli bermanfaat dan aman atau tidak untuk dirinya.
Di Facebook, teman saya yang berprofesi sebagai Karyawan senior di salah satu toko buku terbesar di Indonesia, menyatakan kegembiraannya atas antusiasme anak-anak yang membelanjakan THRnya untuk membeli banyak buku.
Dari buku-buku yang melatih perkembangan otak, menambah pengetahuan, melatih motorik, sampai buku cerita fiksi untuk merangsang imaginasi anak.
Membeli buku dari hasil THR termasuk salah satu ide yang menarik dan bermanfaat. Meski begitu, tidak semua anak suka membaca dan ingin membeli buku.
Bisa jadi anak ingin membeli mainan yang telah lama diidam-idamkan, tapi harganya belum terjangkau. Sehingga saat mempunyai uang yang cukup, tak ada salahnya dipergunakan untuk membeli mainan yang diinginkan.
Lain lagi yang saya temui di jalan tadi pagi sehabis mengantar suami yang akan menghadiri reuni dan resepsi putri salah satu mantan teman kuliahnya di luar kota.
Tepat di depan saya, seorang bapak mengendarai sepeda motor pelan-pelan. Sementara agak ke pinggir, di depannya ada 2 anak perempuan yang mirip, sepertinya kembar.
Terlihat antusias, puas dan bahagia mengayuh sepeda mini berwarna pink yang kembar juga. Stang dan palang sepedanya masih terbungkus kardus. Melihat arahnya dari arah toko sepeda di pasar, sepertinya sepeda-sepeda itu baru dibeli dan langsung dinaiki.
Melihat pemandangan seperti itu, rasanya tidak berlebihan kalau saya jadi berpikir, ayah dan anak-anak itu sedang memanfaatkan uang THR.