"Wah, tambah makmur saja, " Seloroh salah seorang teman.
"Alhamdulillah...! " Jawabku sambil nyengir. Anggap saja doa yang baik,didoakan bertambah makmur, hihihi. Bukankah sesuatu terkadang bergantung pada pikiran kita?
Kalau bahasa lugasnya mungkin kok tambah menggelembung, hihihi.. (Balon kali...!) Butuh keluasan hati untuk menanggapi komentar pada diri kita. Santai saja. Hidup ini terlalu indah untuk dibuat jelek. Nikmati dan berpikirlah positif, biar lebih berhati-hati dan selalu prokes. Ehh.. Kok jadi ngomongin covid.
Sudah menjadi tradisi, bersilaturahmi saat Lebaran banyak dilakukan. Saling berkunjung dan mengobrol melepas kangen bagi yang jarang bertemu, maupun untuk mempererat silaturahmi bagi yang sudah biasa bertemu.
Biasanya obrolan mengalir begitu saja. Terjadi secara spontanitas. Asyik tanpa rekayasa. Bisa jadi menarik, tapi bisa jadi tanpa sadar menyinggung titik sensitif pada teman mengobrol.
Mungkin bagi sebagian orang, obrolan yang umum dan wajar, bisa menjadi obrolan yang memercikkan bara atau justru membuat ilfil. Misalnya pertanyaan, istrinya berapa?. Ehh... Maksudnya, anaknya berapa? Sudah menikah apa belum? Sekarang kerja di mana? Mudiknya naik apa?
Anaknya berapa? Sebenarnya adalah pertanyaan yang umum ditanyakan. Tapi bagi pasangan yang sudah lama menikah, tapi belum diberi momongan, pertanyaan itu bisa menjadi momok. Bahkan bisa menjadi trauma untuk bersilaturahmi jika setiap bertemu orang, pertanyaan seperti itu yang dilontarkan.
Sudah menikah apa belum? Pertanyaan biasa ini akan terasa menonjok bagi jomblo yang tak juga mendapat pasangan. Bahkan bisa terasa seperti sindiran dan tamparan. Apalagi untuk orang yang tidak punya mental kuat. Pertanyaan seperti itu terasa menusuk dan menyakitkankan.
Tapi bagi orang yang biasa berpikiran positif, pertanyaan seperti itu bisa diterjemahkan sebagai peluang untuk dicarikan jodoh yang sesuai, hihihi...
Sekarang kerja di mana? Pertanyaan seperti ini, bila yang ditanyai adalah orang yang mempunyai karir bagus, seperti membuka jalan untuk memamerkan pekerjaan nya. Tapi bagaimana kalau yang ditanyai adalah orang yang baru kena PHK? Orang yang sudah setengah mati melamar pekerjaan tapi belum ada satupun yang dibalas atau diterima? Tentunya pertanyaan seperti itu menyakitkan dan terdengar nyinyir.