Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Ketika Tempe Goreng Kesukaan Menjadi Barang Mewah

Diperbarui: 27 Maret 2022   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tempe maning... Tempe maning.. 

Tempe maning Son...

Pagi mendung, tapi kicau burung menghiasi orkestra pagi. Hari minggu, saatnya bersantai menikmati akhir pekan. 

Biasanya, aku dan suamiku menyempatkan keluar menikmati udara segar, meski sekedar mencari sarapan. 

Tapi pagi ini, selepas menunaikan shalat subuh di masjid kulihat suamiku kembali mengakrabi bantal dan selimutnya. Biarlah, mungkin dia kecapekan tadi malam tidur agak larut mempersiapkan nilai siswa. 

Bersih-bersih dan rutinitas pagiku sudah selesai, tapi suamiku masih pulas berselancar di alam mimpi. Aku tak ingin membangunkannya. Biarkan dia menikmati liburnya. Menikmati kebebasan dari rutinitas yang membelenggunya. Akupun bisa bersantai tak tergesa-gesa menyiapkan sarapan. Sepertinya membuat gorengan saja dan menyeduh teh. Siapa tahu tiba-tiba mengajak sarapan di luar. Bisa jadi hidangan pembuka. 

Kebetulan kemarin aku sudah belanja mingguan. Sebaiknya kugoreng tempe saja. Karena tempe goreng seperti yang kuinginkan sulit ditemui di sini. Umumnya, tempe goreng di sini digoreng dengan tepung beras tipis-tipis untuk menemani nasi pecel. Jarang yang menggoreng mendoan. Mendoan biasanya lunak berminyak. Tapi aku lebih suka tempe yang empuk renyah. Sedikit lebih kering dan lebih kesat dari mendoan, tapi lebih empuk dan tepung nya agak tebal. 

Kalau di Jepang, mungkin sejak dulu tempe sudah menjadi barang mewah. Tapi di Indonesia, tempe adalah makanan sejuta umat.

Seiring mahalnya harga minyak, produk kedelai seperti tahu dan tempe juga mengalami kenaikan harga. Minggu yang lampau, saat aku sarapan nasi pecel di alun-alun Magetan, kutemukan tempe nyaris seperti yang kuinginkan. Langsung saja kucomot. Tapi ternyata teksturnya alot dan agak keras. Sepertinya campuran tepung berasnya terlalu banyak. Seharusnya tepung beras cukup 10-15% saja untuk mencampur terigu, agar teksturnya renyah dan tahan lama. 

Ketika ku membayar, baru tahu, kalau harganya naik 2 kali lipat, dari seribu menjadi 2 ribu. Naik 100 % . Tadinya agak heran, tapi baru sadar, kalau yang naik tidak hanya harga tempe, tapi minyaknya juga. Jadi wajarlah kalau harganya segitu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline