Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Nostalgia di Madakaripura(Petilasan Patih Gadjah Mada)

Diperbarui: 19 Maret 2022   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukan foto prewed yaaa, adegan berbahaya jangan ditiru, hihihi (Dokpri)

Menjelang ashar kami sampai di Terminal Probolinggo, setelah puas menikmati keindahan Puncak B29 di Lumajang. 

Abang Becak mengantar kami dari  terminal ke penginapan terdekat. Ternyata banyak penginapan di sekitar terminal. Tapi kami diantar ke Haris hotel. Lumayan, masih ada kamar kosong. Kami pilih yang tarif menengah. Sepertinya abang becak juga mendapat fee dari mengantar kami ke sini. Biarlah, simbiosis mutualisma.

Rencananya, setelah membersihkan diri dan mengqadha shalat yang terlewat di perjalanan, kami mau istirahat dan nanti malam menikmati keindahan kota Probolinggo. 

Tapi ternyata, hanya sempat berjalan-jalan di sekitar hotel dan makan malam kami sudah capek. 

Kembali ke hotel, membuat kami semakin malas keluar. Acara jalan-jalan malam menjelajah kota Probolinggo terpaksa gagal. 

Lampu kristal yang menyala redup dengan kasur empuk dan seprai bersih mewangi membuat kami terhanyut dalam suasana romantis. Menikmati malam dalam keheningan yang manis dan segera beristirahat untuk perjalanan besok. Entah ke Bromo atau Madakaripura atau keduanya. 

Pagi yang cerah, sehabis subuh kami berjalan-jalan pagi menikmati suasana segar. Sambil menikmati sarapan di sebuah depot pinggir jalan. Rawon dan nasi pecel menjadi pilihan. 

Kami sudah standby di terminal. Agak bingung memilih, antara ke Bromo, atau air terjun Madakaripura. Akhirnya kami memutuskan ke Air terjun, karena belum pernah ke sana, tentunya akan memberikan pengalaman lebih menarik jika dibandingkan ke Bromo yang sudah beberapa kali kami kunjungi. Meski Bromo pun selalu menggoda dengan keindahan dan Eksotika nya yang susah untuk diabaikan. 

Dua tukang ojek siap mengantar kami berdua dengan tarif lumayan. Mengantar dan siap membawa kembali ke hotel. 

Perjalanan yang kami lalui tidak sesederhana yang kami bayangkan. Salah rute, tanjakan curam, dan sempat melewati jalan makadam mewarnai perjalanan kami. Bahkan aku sempat meloncat dari sepeda motor saat menanjak dan mesin motor tiba-tiba mati. Pokoknya seru dan memacu adrenalin untuk orang yang suka bertualang. Hihihi... Padahal aslinya ngeri juga. 

Akhirnya sampai di lokasi. Kami bersiap menuju air terjun, sementara kedua abang ojek menunggu. Suamiku meminta mereka menunggu di warung kopi, dan berjanji akan membayar apa yang mereka nikmati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline