Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Siapa Bilang Kambing (tidak) Bisa Bersatu dengan Ikan?

Diperbarui: 18 Maret 2022   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Menepati janji saya untuk memberikan resep ke-3 dari kaki kambing. Yaitu kaki kambing kuah kuning. 

Mungkin ada yang bertanya-tanya, kurang 1 resep saja, mengapa ditunda? 

Pastinya ada satu dan lain hal, di antara nya saya sudah capek menulis. Sebab resep dan artikelnya pyur mikir sendiri sambil mengingat bumbu apa saja dan takarannya. Biasa memasak pakai feeling, kalau harus menuliskan resep dengan takaran pasti, butuh usaha keras untuk menyusunnya. Di samping jari pegal, otak juga harus direfresh. Karena alasan itulah sebaiknya rehat sejenak. Tapi harus diunggah dulu, sebab bisa lenyap kalau tidak segera diunggah. Berhubung akun ekonomis bukan premium, kalau mau disimpan, cuma maksimal 2 paragraf. Nah, Lo! 

Meski ada autosave yang bisa bertahan 3 hari, tapi kalau sudah ditutup, ternyata file nya lenyap. Kalau ini saya tidak tahu, apakah ada hubungannya dengan akun premium, atau tidak. Hihihi.... 

Mungkin ada yang heran juga, kenapa judulnya aneh seperti itu? 

Cerita nya begini (nggelar tikar, hahaha...) 

Saya kan membaca tulisannya Pak Suyono Apol. Kalau tidak salah, judul artikelnya Opa tjip dan Oma rose, ikon kompasiana, pasangan yg kompatible. 

Nah, itu menginspirasi banget. Kompatible itu tidak harus sama,  yang penting cocok, paling tidak ada persekutuannya. Di antara perbedaan, itu ada titik singgung nya. Ada kesamaannya meski sedikit. 

Bukan bermaksud membandingkan dengan Pak Tjipta dan Ibu Rose. Tak beranilah kita. Beliau berdua sudah diakui dan terpercaya sebagai pasangan ikon kompasiana. Pada bulan Januari tahun ini sudah memperingati anniversary ke -56. Sedang saya, separuhnya saja, belum. Baru berada di angka 25 tahun mengarungi bahtera rumah tangga. 

Alih-alih saling melebur, ego kita masing-masing masih tinggi. Bahkan kadang gengsi dan asal beda. Tak jarang berbeda pendapat tak ada yang saling mengalah. Sungguh bukan pasangan yang manis, apalagi romantis. Ini juga berlaku untuk urusan gastronomi. Urusan perut. Selera kami seperti bumi dan awan, atau langit dan laut. Susah dipersatukan. Tapi untungnya, seperti kata Pak Suyono Apol, pasangan yang kompatible. Karena air laut akan menguap ke langit, dan awan akan menjadi hujan yang turun ke bumi. Analogi yang ribet ya, hihihi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline