Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Senja di Kedung Malem (2)

Diperbarui: 10 Januari 2020   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedung Malem

Elang Cemani pelan-pelan keluar dari persembunyiannya. Diamatinya lelaki yang sepertinya terlelap di atas batu besar di hadapannya. Acuh dan tak peduli sekitarnya. Elang sudah sering menjumpai banyak orang yang datang ke Kedung Malem, dari yang aneh-aneh sampai yang sekedar refreshing di kawasan air terjun ini.

Sebagian anak-anak muda yang suka bertualang, sebab untuk mencapai tempat ini memang relatif sulit. Sedang dirinya sering ke sini sekedar untuk menikmati keindahan alam dan bermuhasabah. Di samping melatih kebugarannya dan menguji stamina. 

Sebagai pimpinan sekaligus pemilik padepokan silat dirinya dituntut untuk selalu tampil prima dan menjaga kepekaan inderanya. Di sini Elang Cemani merasa bisa lebih fokus dan waskita mengakrabi alam.

Tak jarang Ia membersihkan tempat ini dari sampah dan kadang bunga sesajian dan makanan, karena Ia tak ingin tempat ini dijadikan tempat angker dan wingit. 

Elang Cemani terpaku mengamati tubuh manusia yang tergolek nyaman di batu besar di hadapannya. Dahinya mengernyit, seperti ada yang berusaha diingatnya. Wajahnya mendekat pada wajah yang terbaring di hadapannya. 

Haittttt.....tiba-tiba Damar Sukmo melompat dari tidurnya, tersadar ada orang berbaju hitam di dekatnya. Elang Cemani tak kalah waspada segera pasang kuda-kuda. Keduanya saling menatap tajam.

Mata mereka beradu pandang, mengukur kekuatan masing-masing. Saling mengamati dengan seksama, siap meladeni bila salah satu menyerang, tapi keduanya sama-sama bertahan pada posisinya masing-masing.

"Damar? Kaukah itu?" Elang cemani mengamati sosok di depannya lebih intens. Kewaskitaannya sudah berbicara dari tadi, kalau dirinya seperti mengenal sosok yang dari tadi diamatinya.

"E...lang? Damar Sukmo berteriak gembira. Dirangkulnya Elang dan ditepuk- tepuk punggungnya. Keduanya larut dalam kegembiraan. Teman lama yang tidak pernah saling tahu kabar masing-masing.

" Apa kabar Elang? Kamu masih gagah dan perkasa seperti dulu," Damar Sukmo menarik tangan Elang Cemani untuk sama-sama duduk di batu besar tempat dirinya tadi terbaring.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline