Lihat ke Halaman Asli

Isti N. Saptiono

Pengajar dan penggiat pendidikan

Belajar Kehidupan dari Bercocok Tanam (2)

Diperbarui: 15 Juli 2020   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Asri (koleksi pribadi)

Seperti yang pernah saya sampaikan dalam tulisan saya sebelumnya, ternyata kita dapat memperoleh banyak pelajaran dari bercocok tanam. Hal ini saya alami selama masa ‘bekerja dari rumah’. Manfaatnya bukan saja berupa pengetahuan dan pengalaman tentang seluk-beluk bercocok tanam, tetapi jauh lebih banyak dari itu. Pelajaran tentang kehidupan.

Saya memulai pembelajaran saya dengan mengamati tanaman-tanaman dalam pot yang ada di halaman rumah saya yang sempit. Kebanyakan berupa tanaman hias. Sebagian tumbuh subur, sebagian kurang subur dengan batang dan daun yang tampak kurus dan layu, sementara sebagian masuk kategori ‘hidup segan mati tak mau’.

Setelah membaca banyak referensi dan menonton berbagai video tutorial (tentu saja dengan fasilitas media daring yang paling mudah diakses), saya menyadari bahwa banyak faktor yang harus diperhatikan untuk membuat tanaman kita tumbuh sehat.

  • Intensitas sinar matahari harus pas.   
    • Ada tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh, ada yang perlu sinar matahari namun tidak kuat bila terkena langsung, dan ada yang dapat diletakkan di dalam rumah. Jadi, setiap tanaman membutuhkan siraman sinar matahari dengan kadar yang berbeda. Oleh karena itu, posisi atau letak pot tanaman kita harus disesuaikan dengan karakteristik tanamannya. 
    • Kebanyakan tanaman hias seperti milik saya membutuhkan sinar matahari, tetapi daunnya akan gosong bila terkena sinar matahari langsung.
  • Gunakan media tanam yang sesuai.
    • Media tanam yang kita gunakan untuk setiap jenis tanaman merupakan faktor penting. Kesalahan penggunaan media tanam akan berdampak buruk pada pertumbuhan tanaman. Dalam jangka pendek, bila kita baru saja menanam tanaman dalam pot menggunakan media tanam yang tidak sesuai, kita dapat langsung melihat dampaknya. Biasanya daun-daunnya menjadi kering dan kemudian rontok, tanaman menjadi layu dan dapat berakhir pada kematian. 
    • Tanaman hias biasanya memiliki akar yang bercabang-cabang sehingga membutuhkan media tanam yang dapat memberikan ruang bagi pertumbuhan akarnya. Maka, dibutuhkan media tanam dengan campuran sekam mentah atau bakar. 
    • Hal lain yang baru saya pelajari adalah pentingnya sesekali mengganti media tanam, terutama bila terlihat sudah keras dan tidak subur lagi. Kalaupun kita tidak sempat menggantinya, kita dapat menggemburkannya dengan cara mendangir.
  • Sirami tanaman dengan benar.
    • Tidak semua tanaman perlu kita sirami setiap hari. Memang ada tanaman yang butuh banyak air, yaitu jenis yang menyedot air lebih banyak dari yang lain. Salah satunya yang saya miliki adalah pandan wangi. Namun, ada pula tanaman yang bila kita sirami secara berlebihan, akarnya akan membusuk dan dapat membuatnya mati.
    • Pelajari karakter tanaman kita sehingga kita dapat memberikan dosis penyiraman yang sesuai. Menurut saya, cara yang paling mudah adalah dengan memegang medianya dan merasakan kelembabannya. Bila sudah sangat kering, kita sirami secukupnya.
    • Nah, ada tips yang saya peroleh dari berbincang-bincang dengan seorang penjual tanaman, yaitu untuk tanaman hias cara menyiramnya tipis-tipis dan merata (atau menggunakan gembor) dan waktu yang paling baik adalah pagi atau sore hari (jangan saat sinar matahari terik).
  • Jaga tanaman dari hama.
    • Hama tanaman beragam bentuknya. Yang paling umum dan yang paling saya takuti (karena jijik melihatnya)  adalah jenis ulat. Untuk kategori tanaman hias, ada dua jenis yang harus kita waspadai, yaitu jenis ulat yang menyerang daun dan yang menyerang batang. Tanda-tanda bahwa tanaman kita telah diserang ulat terlihat dari daunnya yang berubah warna, pecah-pecah, atau bolong-bolong, sementara batangnya menjadi rentan dan mudah patah. Walaupun saya yakin ada ulat di tanaman saya karena sebagian daunnya bolong-bolong, seringkali sulit sekali mencari keberadaan si ulat. Ulat tanaman hias biasanya menyamarkan warnanya seperti warna daun tanaman dan melekatkan dirinya persis di tulang daunnya sehingga sekilas tidak terlihat.
    • Cara mengatasi hama ulat ini ya… dengan mengambilnya dan membuangnya atau membunuhnya ☹. Biasanya saya memisahkan sementara tanaman tersebut dari yang lain karena khawatir masih ada telur ulat yang menempel yang dapat menetas dan menjalar ke tanaman lainnya.
    • Hama lain adalah kutu daun, tungau, dan belalang. Hama jenis ini merusak daun sehingga menimbulkan bintik-bintik atau bercak-bercak dan akhirnya menyebabkan daun menguning dan gugur. Ada beberapa jenis pestisida, baik yang alami seperti bawang putih maupun insektisida lain, yang dapat kita gunakan minimal seminggu sekali.
  • Beri pupuk seperlunya.
    • Tujuan pemberian pupuk yaitu untuk menyuburkan tanah atau media tanam. Fungsi utamanya ialah sebagai penyedia unsur hara. Unsur hara merupakan sumber nutrisi atau makanan yang dibutuhkan tanaman dan akan menentukan kualitas tanaman, meliputi pertumbuhan, perkembangan dan produktivitasnya. Sebenarnya alam sendiri sudah menyediakan unsur hara ini, baik di udara maupun di dalam tanah. Namun, seringkali ketersediaan unsur hara tersebut tidak mencukupi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman. Karena itu, diperlukan pemberian unsur hara tambahan dalam bentuk pupuk.
    • Jenis pupuk cukup bervariasi, tetapi dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu kategori pupuk alam (organik) dan pupuk buatan (anorganik), dan kategori pupuk padat dan pupuk cair. Contoh pupuk organik yaitu pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus. Contoh pupuk anorganik yaitu Urea (mengandung unsur Nitrogen), SP-36 (mengandung unsur Phosfor), dan NPK (mengandung Nitrogen, Phosfor dan Kalium). Untuk memilih pupuk yang tepat, tentu kita harus memahami beberapa karakteristik pupuk yang ada.
    • Terus terang saya tidak terlalu tertarik menggunakan pupuk anorganik sehingga saya tidak mencari informasi lanjutan tentang jenis pupuk anorganik yang banyak di pasaran ini. Saya lebih tertarik menggunakan pupuk organik dan berniat membuatnya sendiri. Saya akan membagikan pengalaman saya tentang proses pembuatan sampah kompos di tulisan saya selanjutnya.

Tanaman Hias (koleksi pribadi)

Setelah memperhatikan dan menerapkan hal-hal penting di atas pada tanaman-tanaman di pekarangan rumah saya, kembali saya mencoba mengaitkan apa yang saya alami dalam proses pembelajaran bercocok tanam.

  • Tuhan memang Maha Pemurah. Kita telah diberiNya begitu banyak kekayaan alam di muka bumi ini. Kita patut mensyukurinya dengan merawatnya, melestarikannya, mengembangbiakkannya, dan mengambil manfaatnya untuk kemaslahatan kita semua.
  • Setiap tanaman memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dari segi sinar matahari, media tanam, kandungan air, nutrisi, dan dari resiko terkena hama.
  • Kita dapat mulai mencintai lingkungan dan alam dari yang paling dekat dengan kehidupan kita. Seberapa kecil pun yang kita lakukan, bila dilakukan dengan kesungguhan hati dan konsistensi, pasti berdampak besar. Paling tidak akan memiliki dampak luar biasa pada perkembangan pengetahuan, keterampilan dan kejiwaan kita sendiri.
  • Kalau dapat kita tarik lebih jauh lagi, begitu pula sebaiknya perhatian dan hubungan kita dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Kebutuhan setiap makhluk berbeda-beda. Kita dapat memberi perhatian dan kasih sayang pada setiap orang, tetangga, teman, kerabat, sanak saudara, bahkan orang-orang lain di sekitar kita dengan cara yang sama, yaitu dengan mengamati kebutuhan mereka.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline