Lihat ke Halaman Asli

Kesedihan Itu Kepastian, Bahagia Adalah Pilihan

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

)

Iya malam ini malam minggu, tidak ada yang aneh istimewa harusnya sama dengan malam malam yang lain, dan malam perenungan untuk saya, malam berteman rembulan dan puluhan bintang yang sibuk mentertawakan saya, rasanya begitu selain duduk diteras saya punya kebiasaan duduk manis didepan TV, memencet remote control seperti memencet kehidupan saya, mau nonton berita, mau nonton film, mau sibuk mengikuti bola ditendang tendang di liga Inggris sambil menikmati ketampanan Gerrard

)

semua bisa saya pilih sesuka hati, ah andai hidup bisa saya pilih sesuai dengan yang saya inginkan, sayangkan hidup ini bukan remote control, takdir milik ALLAH dan gak bisa saya pencet pencet, tak bisa diubah, tapi ada yang bisa saya ubah dengan remote control yaitu rasa, iya RASA.

Sayangnya saya lebih banyak menjadi TV dan membiarkan orang lain yang memegang remote control hidup saya, bahagia saya tergantung apa yang orang lain lakukan untuk saya, ketika dipuji orang saya bahagia dan sedih ketika di kritik, ketika orang lain menyatakan cinta ke saya maka saya merasa orang itu yang memberikan kebahagian buat saya, dan sedih ketika orang itu pergi, saya bahagia ketika malam minggu bisa duduk di coffeeshop sambil mengumbar gelak tawa bersama gank cantik atau nonton di bioskop dan ketika sendiri maka saya nelangsa, merasa diri paling menderita, merasa ditinggalkan semua mahluk, hahahaha …

P

Jadi boleh dibilang bahagia saya tergantung semua yang diluar saya, padahal orang bilang “bahagia itu ada didalam diri saya, dan saya sendiri yang memegang remote controlnya, pencet sekarang pilih channel bahagia maka saya bahagia selesai urusan, dan ketika saya mematikan remote control terus mikirin kenapa saya sendiri, maka sepi yang akan jadi sahabat saya” iya remote control itu seharusnya ada ditangan saya bukan ditangan orang lain kemudian saya menjadi robot orang itu.

Dan yang lebih parah adalah ketika saya membiarkan remote control hidup saya dipegang oleh seseorang yang begitu mempesonakan saya, jadi saya bukan hanya jadi robot sapi dicucuk hidungnya lebih tepat, saya menjadi orang lain, menjadi seperti yang orang lain mau atas saya,  saya akan menerima saja apa yang orang itu katakan, apa yang orang itu pikirkan tentang saya maka saya yakini itu benar dan akan terjadi, saya sudah dicuci otak nih kalo gini, gawat.

Kalau orang itu bilang saya gak mampu melakukan ini, saya bodoh maka saya menjadi letoy, gak semangat, fisik saya membenarkan bahwa saya gak mampu, padahal yang tahu saya mampu atau tidak itu diri saya sendiri, tak ada yang lebih mengenal saya selain diri saya bukan? terus kenapa dong masih terpengaruh dengan omongan sang pesona, toh dia juga bukan ALLAH yang memegang takdir saya, jadi harusnya saya adalah saya, dia adalah dia, gak akan ketuker tuh :)

Karena “bahagia itu adalah pilihan” bukan sesuatu yang tergantung dari ada tidaknya seseorang, ada tidaknya sesuatu yang bisa saya miliki, atau terjadi atau tidaknya satu peristiwa, sedih kalo gak terjadi, bahkan lukapun mampu membuat saya bahagia, iya bahagia rasanya ketika saya mampu menikmati sabar, ketika saya sabar bahwa ALLAH bersama orang orang yang sabar, sungguh tak ada keindahan yang lebih indah, bahagia yang lebih bahagia selain menyakini bahwa saya bersama ALLAH, iya bahagia itu pilihan dan kita semua berhak untuk itu.

Ayo pegang remote control hati kita masing masing dan pilihlah bahagia bukan nelangsa !!

Ada banyak pilihan yang bisa membuat saya bahagia dan itu ada didalam diri saya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaan saya selain diri saya sendiri kan yah? kekasih yang cinta mati, sahabat sejati, cinta sehidup semati, uang, hobi, pekerjaan yang asik, katakanlah saya punya semua itu bisa jadi saya tetap gak bahagia, bisa jadi saya gak punya apa apa tapi saya bahagia… punya uang maksiat, punya mobil bete macet, punya kekasih nyebelin, punya hobi ngabisin duit, ah gak bahagia juga ternyata, karena yang bisa membuat diri saya bahagia adalah diri saya sendiri

)

Gak punya mobil enak naek bis ada temennya, gak punya kekasih bisa jalan jalan rame sama temen temen, gak punya uang bisa makan diwarteg yang pake keringet sehat, gak punya posisi bagus dikantor kan bisa pulang cepet gak macet dengan dateline :) dan jangan lupakan satu hal bahwa bahagia itu milik ALLAH, kalau mau dapat bahagia yang hakiki yang PDKT ke pemilik bahagia dong, bukan malah menjauh darinya nanti gak dikasih loh, remote control gak berfungsi tuh jika ALLAH menghendaki remotenya mati … mau pencet pencet sampe masuk tombolnya tetep gak berubah bahagia karena batere-nya milik ALLAH

P

Bahagia atau tidaknya hidup saya bukan ditentukan oleh seberapa kaya diri saya, seberapa cantiknya saya, atau sesukses apa hidup saya, bahagia adalah pilihan saya sendiri… “Kesedihan itu KEPASTIAN” karena didunia ini emang isinya kalo gak bahagia yah sedih, namun “BAHAGIA adalah pilihan…”

Kalau mau sedih boleh tapi jangan lama lama yah, cepet tekan tombol bahagia diremote control yang kita pegang sendiri, hidup kan hanya sebentar yah, yok bahagia dengan yang kita miliki dan bahagia pula dengan yang tidak kita miliki, STOP mendzalimi diri sendiri dengan merasa diri paling menderita, ALLAH tidak pernah mendzalimi hamba hambaNYA  :P

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline