Lihat ke Halaman Asli

Jogjaku, Jogjamu dan Jogja kita

Diperbarui: 3 Januari 2016   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jogja? Daerah Istimewa Yogyakarta? Betul itu itu saudara, tetapi apa yang kalian pikirin tentang kota Jogja? Kota Gudeg? Kota Pelajarkah? Betul tetapi tak selalu benar, hah ? bagaimana tak tau seluk beluk Jogja tak bisa memandang Jogja dengan istilah sederhana. Bagiku Jogja dipikiranku adalah kota yang terkenal dengan Parangtritis, karena memang pertama kali aku menyambangi Jogja ketika kelas 6 SD, dan yang paling melekat diingatanku adalah pantai dengan deburan ombak dikawasan Bantul ini. Tetapi setelah lulus SMK, sudah kuputuskan untuk melanjutkan kuliah di Jogja, kota yang kuimpikan sejak bangku kelas XI SMK.

Beginilah sudah hampir kelar semester satu kujalani hari-hari ku sebagai mahasiswa disalah satu kampus negeri di Jogja, banyak hal yang kutemui dan hal baru yang kudapatkan, Jogja bukan sekedar Parangtritis seperti apa yang dipikirkan anak kelas 6 SD, setidaknya ketidaktahuan ku tentang Jogja tak begitu buta karena jarak Jogja dengan rumahku tak perlu merintangi lautan.

Bergeser dengan apa yang dipikirkan mahasiswa asing seperti dari Patani, Thailand. Selain suasana dan hal baru di Jogja, kutemukan teman baru yang berasal dari negeri sebelah bernama, Muhamad Awae, Mahasiswa semester 3 prodi Sosiologi, UIN Sunan Kalijaga. Melihat sekilas membuat ku penasaran apa yang dipikirkan mengenai Jogja dimata dia, yang pertama dia pikirkan, hanyalah Indonesia karena menurut penuturannya, ia tak tau akan kuliah dimana dan menetap dimana, karena yang mengurusi hal tersebut adalah kakak kelas nya yang sudah terlebih dulu kuliah di negeri tercinta ini. Berlanjut pada kesan pertama yang ia rasakan saat pertama kali menginjakkan kaki ke Jogja, kota sederhana penuh cerita.

Masalah utama tentu saja pada bahasa yang menyulitkan berkomunikasi, serta penyesuaian lidah pada makanan yang di Indonesia yang tentu berbeda dengan negara Thailand. Tetapi hal tersebut tak berlangsung lama selama satu tahun belajar bahasa Indonesia dengan lancar meski kadang terselip bahasa yang asing dan lucu, ketika saya tanya apa bedanya budaya jogja dengan budaya patani, di jogja “ orang-orang nya ramah-ramah dan cewek cowok di jogja itu kalau main biasa aja “ tutur awae, yang kala itu aku wawancari didepan rayon. “ Kalau di Patani cewek-cowok jalan berdua merupakan hal yang dianggap tabu “ lanjut dia.

“Setelah lama di Jogja, apa makanan favorit selama ini?” tanyaku melanjutkan “ sekarang aku suka rendang, karena ada kuah dan banyak bumbu mirip masakan Thaiand”. Sebagai kesimpulan, darimanapun kita berasal Jogja telah menerima kita sebagai mahasiswa yang pasti akan membuat kita merindukan, kota kecil yang membuat kita tersenyum pada sudut kota penuh cerita ini.

Jogja yang memiliki 4 Kabupaten ( Sleman,Bantul,KulonProgo,Gunung Kidul ) dan 1 kota( Yogyakarta) ini, selalu memiliki keindahan untuk dieksplor. Kita yang berasala dari daerah yang berbeda bahkan negara yang berbeda kini disatukan oleh daerah kecil yang begitu indah sejak matahari terbit hingga terbenam tak habisnya kita bersyukur, Jogja menyatukan kita, jogja mengingatkan tentang teman dan persahabatan, bahkan sekarang bukan kampung halaman yang kurindukan tetapi malah Jogjalah yang kurindukan ketika kampung halaman destinasiku setelah ada libur pra UAS. Kini Tugu Jogja, Malioboro, Altar&Altur, sudah menjadi tempat liburan selama di kota gudeg ini, kini Jogja dipikiranku , Jogja dipikiranmu sudah menjadi Jogja dimata kita.

Apa yang menjadi pengalaman tak pernah terlupakan tetap menjadi kenangan yang abadi senantiasa tersimpan rapat di ingatan. Love Jogja




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline