Lihat ke Halaman Asli

Istiqomah

Seorang Istri dan Ibu

Sempolet Kuliner Ciri Khas Cinta Seribu Pulau

Diperbarui: 18 November 2024   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokumen Pribadi


Waktu itu saat masih kuliah saya ingin sekali menikmati segudang makanan khas Kepulauan Riau. Sangat sedap aroma rempah ketika melintasi jalanan ke kampus.

Maklum jalan menuju kampus dekat dengan rumah penduduk yang mayoritas orang melayu. Menariknya studi saya juga fokus terkait keanekaragaman hayati laut. Jelas berbanding lurus dengan makanan melayu yang identik dengan ikan, siput, ketam dan sejenisnya.

Belajar sambil makan-makan tentu menjadi rutinitas kami. Saat di kampus belajar mata kuliah yang melekatnya kalimat kandungan ikan segar yang bernutrisi memiliki vitamin lengkap yakni A, D, E dan K sehingga menjadi alasan untuk diolah menjadi minyak ikan.

Olahan produk kelautan yang sangat inovatif membuat penasaran saya tentang laut. Terutama makananya itu. Dibaliknya pulalah yang akhirnya membuat saya kepincut dengan ayahnya anak saya hehehe.

Bermula dari kampus yang sama dia yang merantau nun jauh di seberang pulau. Banyak pulaunya yang ia arungi untuk menutut ilmu teknik elektro dan ia menjuluki menempuh cinta seribu pulau.

Kami sering berdiskusi saat memasak, saya mendengarnya seperti berdiskusi dengan dosen yang asli terjun di pesisir pantai. Tapi kok malah lebih paham yaa, selama ini saya memang kesulitan untuk menggali setiap mata kuliah biota perairan karena saya orang gunung bukan orang pantai.

Kali ini kami menikmati sempolet. Kuliner ini berasal dari Meranti Riau dan wilayah sekitarnya. Hampir mirip dengan kapurung yang terbuat dari sagu hanya bedanya sempolet dinikmati dengan beragam sayur mayur dan siput, kerang dan udang. Sementara kapurung hanya bersanding dengan lauk ikan saja.

Aroma lada hitam yang tajam, gurihnya siput segar dan dihirup saat masih panas merelaksasikan tubuh yang penat seharian.

Impian saya terwujud, untuk kali ini kenikmatan yang tiada tara bisa saya resapi begitu hangat saat musim penghujan menjelang. Rasa murni makanan laut tanpa tambahan apapun lebih umami ketimbang melewati ultra processed food.

Murah, sederhana dan semuanya tersedia di alam. Hanya sederhana itu untuk memanjakan lidah. Pembuatannya juga tak rumit hanya bawang merah putih, cabai rawit, lada hitam dan sejumput garam serta penyedap rasa. Dihaluskan dengan teksturnya yang pas agar larut bersama air. Di masak bersama air mendidih dan jangan lupa untuk melarutkan sagu tepung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline