Lihat ke Halaman Asli

Istiqomah

pegiat literasi

Gaza dan Secuil Cinta Ketulusan Sejati

Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sungguh betapa malangnya jika untuk makan dan minum serta hajat hajat yang lainnya tak bisa dilakukan. Seperti tepi barat Palestina yang hampir tidak ada yang menepis kabar dukanya. Mayat-mayat berjatuhan tanpa penanganan yang serius.

Sejak 7 Oktober lalu hingga hari ini kabar tentang Gaza masih ramai bergulir. Deklarasi Balfour yang dikeluarkan Inggris sejak Perang Dunia I menjadi polemik panjang tak berkesudahan. Meski pada awalnya ada pertentangan yang jelas dengan pernyataan samar-samarnya tentang pendirian "rumah nasional untuk yahudi".

Hal ini yang nantinya disimpulkan sebagai pendirian negara Israel. Pendirian negara Israel jelas menjadi kecaman karena memicu keterpaksaan penduduk asli. Tak peduli entitas apapun Israel keji menindas.

Berkali-kali kebusukan mereka yang terendus selalu memunculkan kemarahan bagi kita. Petinggi-petinggi besar dunia menutup mata bergandengan tangan dengan yahudi Israel berperang melawan warga Gaza. Walaupun alasan mereka adalah memerangi Hamas, tapi mana mungkin teroris adalah anak-anak dan ibu-ibu hamil.

Pemimpin muslim dunia lainnya mengecam. Sangat amat sulit melawan dengan senjata, solusi dua negara bagai pepesan kosong yang tak mungkin akan terwujud.

Buruk dan lemahnya kita sebagai pemeluk agama islam di dunia karena hilangnya perisai. Perang hittin yang gagah oleh pemimpin wibawa sudahlah tinggal sejarah. Al Ayyubi telah menjadi tokoh yang tenggelam dalam hati dan tak ada lagi yang seperti dirinya.

Kenestapaan yang kita saksikan justru tak membuat rakyat Gaza melemah. Mereka banyak kehilangan namun nyawa mereka yang hilang sia-sia semoga di tempatkan penuh berkah dan  damai.

Dunia ini bukan tempat mereka, tempat mereka adalah tempat yang indah dan berharap lebih baik dari dunia ini. Ramai netizen mengistilahkan bila mereka adalah penduduk surga yang terkepung di bumi.

Tanah ribath yang mereka tempati menjadi saksi ketulusan sejati. Munculnya kisah-kisah cinta mereka tumpah ruah di instagram dan tiktok. Aplikasi yang update setiap saat mengenai pemberitaan konflik Gaza.

Gaza berbeda. Dunia yang sibuk dengan berbagai dinamika hidup tidak ada di Gaza. Mereka hanya mendamba keluarga yang utuh. Seperti cuplikan video segerombolan anak-anak yang tengah diwawancarai tentang mimpi mimpi mereka.

Diantaranya mereka menjawab menginginkan makan bersama ibu, yang lain menimpali untuk duduk bersama makan dengan saudara tercinta. Senyuman tidak lepas dari wajah polos dan sederhananya itu. Tak terbendung air mata mengalir bahwa potret yang mereka impikan 'cuma' ingin bertemu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline