Lihat ke Halaman Asli

Istiqomah

Fokus Setajam Sorot Lensa

Dialog Ironi Serba Serbi Peraturan Baru Prokes Covid 19

Diperbarui: 12 Juli 2021   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Kaltim

Karantina telah menyibukkan kita untuk di rumah saja. Sejak pemberlakuan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ruang gerak menjadi minimalis. Aturan prokes yang semula 3 M kini menjadi 5 M memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan mengurangai mobilitas.

Hanya 25 % kehadiran karyawan di kantor dianjurkan, 75 % dari rumah. Sejujurnya pemberlakuan aturan baru ini menjadi dilema tersendiri. Banyak toko-toko tutup tempat pembelanjaan diserbu banyak orang. Panic buying menjadi solusi untuk kalangan atas, meskipun sebagian lain harus terjembab di dalam rumah tanpa apa-apa.

Untuk beberapa orang yang tidak bisa untuk tidak keluar, keadaan ini sungguh sulit. Pernah suatu hari saya membuka Ig yang menampilkan keluhan pedagang nasi goreng. 

Ia sampaikan dalam dialek bahasa sunda mungkin lebih kurang adegannya seperti ini salah satu pelanggan disitu bertanya "mang, kenapa jualannya clingak clinguk?" lalu penjual itu menjawab "Saya jualan nasi goreng kayak jualan narkoba, takut ditangkap sama Satpol PP...." begitu tuturnya

Hedline news pun tak kalah membanjiri pemberitaan. Ketakutan dan hal lain mensuanakan kondisi semakin mencekam. Seperti apa yang dihimpun BBC News "Ratusan korban covid 19 meninggal dalam sepi saat isolasi mandiri di rumah" atau seperti harian tempo ini "Telat Tekan Kasus Covid-19 Pemerintah Dinilai Tak Punya Sense Of Crisis"

Sambung menyambung hal lain terjadi akibat dampak PPKM, kali ini pengangguran semakin menjadi-jadi. Seperti apa yang dikatakan oleh CNN Indonesia 22 juta orang nganggur di Negara Kaya akibat Covid atau ironi kedatangan TKA saat jutaan warga menganggur dan protes dari BEM UNNES : Ma'ruf king of Silent, puan Queen of Ghosting.

Atau seseorang yang berbagi kisahnya di sosmed seperti ini : gk sengaja menguping dalam antrian tabung oksigen, ternyata air mata juga bisa pecah disini, "Nak pulang, sudah tidak usah antri lagi bapak dah gk ada". kemudian pemuda itu membasuh air matanya, mengemasi tabungnya dan pulang. @riizkyaji

Memang semua ini adalah kebaikan untuk kita, toh kita harus patuh terhadap prokes yang seharusnya dijalankan sejak awal pandemi ini baru saja dimulai. Namun ternyata, masih banyak sisi lain yang harus diperbaiki. Roda hidup terus berputar dan tentu saja tidak bisa dipause sekehendak hati.

Mungkin untuk kali kedua gelombang covid ini kita baru menyadari bahwa virus ini menyerang dengan cepat. Tiada lawan dan tiada upaya untuk menaklukkan kecuali dengan penanganan yang pas. Dialog-dialog ironi seperti itu adalah kabut kelam selama dua tahun terakhir ini dalam memecahkan masalah hingga berlarut-larut.

Saya rasa, ini menjadi kebimbangan orang pada umumnya. Semoga bisa terwakilkan dengan sekelumit kegelisahann lewat tulisan ini. Terkadang juga ambigu terkait kesadaran prokes yang menurut kita mampu menangkis serangan virus. 

Kemarin malam mama dan adik saya menonton sinetron picisan yang diambil gambarnya pada masa covid, namun artisnya tidak mengenakan masker apa lagi jaga jarak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline