Pendahuluan
Big data didefinisikan sebagai "The large volume of data, both structured and unstructured, that inundates businesses on a daily basis" (Peterson, 2018).
Istilah big data mengacu pada kumpulan data yang sangat besar dan kompleks. Dimana data-data yang ada akan berguna sebagai masukan pembuatan keputusan ataupun kebijakan yang dibuat.
Big data dalam konteks ini dapat mentransformasikan bagaimana pengambil keputusan ataupun kebijakan melihat masalah sekaligus membangun pendekatannya, dengan demikian, keuntungan menggunakan big data adalah memungkinnya melakukan analisis informasi secara lebih cepat dan efisien.
Big data dalam dunia Public Relations digunakan sebagai suatu keunggulan. Dimana untuk terjun dalam ranah kreatifnya, praktisi Public Relations harus dilandaskan oleh riset yang kuat.
Dalam konteks Public Relations, Gumilar (2018), Founder, KayuApi Digital Reputation dan GM Content & Engagement, SAC, mengatakan bahwa "Mereka yang akrab dengan teknologi, biasanya praktisi Teknologi Informasi (TI). Sementara mereka yang terbiasa menyusun klasifikasi data, biasanya mereka yang jago Microsoft Excel. Tapi mereka yang mengerti konteks, yang tahu bagaimana seharusnya data tersebut dianalisa menjadi insight bagi aktivitas kehumasan, adalah Praktisi PR."
Dengan menggunakan big data, informasi dari berbagai sumber yang berbeda dapat dianalisa untuk keperluan pengambilan keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan untuk berkomunikasi secara efeftif dengan para stakeholders.
Praktisi Public Relations dapat memperoleh informasi yang lebih mudah dibanding dengan riset formal dengan aturan metode penelitian yang ketat.
Di mana dari hasil analisis, dapat berguna untuk membantu membuat strategi konten menjadi lebih efektif dan juga membantu Public Relations mempunyai cara baru untuk bercerita sesuai dengan trend pasar, serta pastinya membantu membuat materi kampanye Public Relations yang paling tepat dengan masyarakat atau kelompok yang menjadi sasaran.
Pembahasan
1. Big Data Analytics pada Instagram
Pada Instagram, teknologi big data diterapkan untuk memperoleh insight analytics tentang perilaku pengguna. Dimana hal ini akan memberikan informasi tentang preferensi pencarian dan engagement pengguna. Data yang dihasilkan dari penggunaan big data ini sangatlah berguna untuk mempromosikan bisnis apa pun.
Co-founder sekaligus CEO Instagram, Kevin Systrom menyatakan bahwa "Instagram isn't necessarily a photo company or a communications company as I like to say, we're also going to be a big data company."