Hai Sobat Digital! Tau gak sih apa itu Pasar Digital?
Pasar digital atau yang lebih dikenal dengan istilah e-commerse adalah media atau cara/usaha untuk memperkenalkan dan mempromosikan suatu barang, jasa atau merk tertentu dengan menggunakan media digital dan biasanya dengan bantuan jaringan internet. E-commerce melibatkan segala macam transaksi yang menggunakan media elektronik, baik televisi, telepon dan yang paling populer dan paling banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan internet.
Artikel ini bakal ngebahas cara-cara apa aja yang perlu kamu siapin, supaya kamu siap memasuki pasar industri digital art. Jadi, kamu bisa punya mata pencaharian pendapatan dari membuat gambar digital. Nah pertama-tama, Mimin mau ngebahas soal portofolio. Tau kan apa itu portofolio? Bukan yang kertas besar bergaris ya Sob, itu mah kertas folio namanya. Jadi portofolio adalah kumpulan contoh-contoh pekerjaan yang sudah kamu kerjakan atau dokumentasi profesional yang pernah dinilai atau dipublikasikan di suatu majalah, website dan sebagainya. Nah, biasanya portofolio ini memiliki beragam bentuk dan format yang berbeda-beda ya Sob.
Yang paling penting disini Mimin berharap kalau kamu udah bisa ngegambar dan udah sering bikin gambar. Jadi kamu sekarang tinggal nyusun portofolio yang menarik agar bisa dilirik klien kamu.
Lalu gimana sih bikin portofolio yang menarik buat para klien kita supaya lebih Annyeonghaseo sama karya digital kamu? Emang kira-kira apa aja yang perlu disiapin? Yuk, gak usah lama-lama, Mimin akan bahas intinya aja di artikel ini secara gratis, supaya kamu gak bosen dan bisa ngelihat nih, kira-kira foto kamu perlu dibikin apa aja. Dan kalau kamu suka informasinya, boleh banget share artikel ini ke temen-temen kamu, oke.
Ngomongin soal portofolio, menurut Mimin portofolio yang baik pasti punya tiga pilar. Apa sajakah tiga pilar itu?
- Brand Design/Brand Image-nya kuat. Maksudnya gimana Min? Jadi gini, brand image itu kira-kira saat orang melihat portofolio kamu, kumpulan gambar kamu, orang bakalan langsung tahu. Oh ini portofolio Devon Rodriguest nih, oh ini portofolionya Catherine Nesta, oh ini portofolionya Mas Aryo Anindhito (misalnya), dan itu tuh bukan dibikin dari style gambarnya tapi dari brand image-nya. Jadi yang penting banget buat dipikirin adalah bentuk/design kamu yang harus khas banget, harus kuat banget. Kayak brand design atau brand image kamu tuh ada feel-nya tersendiri gitu. So, bukan dari style gambar ya Sob, tapi dari keseluruhan subjek yang kamu pilih, dari tipe-tipe cerita, atau bisa juga tipe-tipe informasi yang kamu suguhkan dari gambar digital kamu itu seperti apa.
- Alat Bisnis. Pilar yang kedua, portofolio kamu tuh harus berfungsi sebagai alat bisnis. Apa tuh maksudnya? Ketika orang ngelihat portofolio kamu, mereka bisa ngebayangin gambar kamu ini bisa dipakai apa, bukan cuma yaudah ini gambar bagus banget, estetok banget, tapi nggak berpotensi jadi alat bisnis. Portofolio kamu harus bisa bikin para klien kamu ngebayangin kayak "oh ini orang bisa buat cover buku, oh ini design-nya bagus buat logo perusahaan nih", dsb. Kayak gitu ya kira-kira, Sob.
- Memudahkan. Nah pilar yang terakhir ini yaitu usahakan portofolio kamu harus bersifat gampang atau memudahkan. Duh apaan lagi tuh Min? Ya maksudnya portofolio kamu harus sangat bisa memudahkan para calon klien kamu. Baik dari segi memudahkan mereka buat menemukan portofolio kamu, memudahkan mereka untuk kontak kamu, atau pun memudahkan mereka untuk melihat seluruh karya kamu, pekerjaan yang pernah kamu lakuin, se-profesional apa portofolio kamu, dsb. Bayangin kalau kamu jadi klien, trus kamu harus lihat portofolio seniman tapi untuk melihat portofolionya kamu harus meng-klik satu persatu, atau dari portofolionya banyak gambar yang kepotong (ter-crop), dan segala macem ketidaknyamanan dari portofolio yang buruk. Pasti sebagai klien kamu males kan lihat fotonya, lihat gambarnya. Jadi harus ditata serapi mungkin dan se-estetok mungkin ya portofolio kamu nanti.
Oke, cukup ya tips dari Mimin. Nah sekarang Mimin mau ngebahas step-by-step bagaimana caranya kamu bisa membuat sebuah portofolio yang memiliki tiga pilar tersebut. Langsung saja check it out.
- Step pertama yaitu dengan mengidentifikasi dulu target pasar yang kamu inginkan. Jadi kamu nggak perlu terlalu spesifik dan menggebu-gebu pengen kerja buat Disney, kejauhan Sob. Yang perlu kamu pikirkan adalah kira-kira karya kamu ini cocoknya buat apa? Nah kalau di Indonesia, kebiasaan orang tuh suka mengikuti yang lagi tren. Contoh nih kemaren lagi rame-ramenya NFT langsung banyak yang pindah haluan bikin NFT, atau pas lagi laris-larisnya gambar buat buku cerita anak terus kamu juga ikut-ikutan ganti portofolio jadi style gambar-gambar yang cocok sama buku cerita anak. Mimin kasih tahu itu salah kaprah banget ya Sob. Jangan sampai kamu melakukan hal seperti itu. Kenapa? Satu, kalau kamu mengubah style kamu dan mengubah kesukaan kamu itu nantinya portofolio kamu nggak bisa sustainable, artinya nggak berkelanjutan. Dan kalo sudah begitu, pasti kamu ngerjainnya capek. Toh kamu juga nggak mahir di situ, dan pastinya nanti bakal ada orang yang memang secara natural mahir di bidang itu dan bisa melakukan itu jauh lebih baik dari kamu, dan kamu nanti akan tersingkir secara perlahan. Sad kan? Makanya, cara identifikasi pasar yang paling baik itu kamu harus lihat dulu karya kamu ini kira-kira bisa diaplikasikan sebagai apa? Tempatkan diri kamu sebagai klien, bayangin kalau kamu sedang melihat karya kamu ini bisa dipakai untuk apa?
- Step yang kedua, kalau kamu udah tahu pasar apa, udah tau mau target pasar yang seperti apa, maka kamu harus pikirin bahwa kamu ini bukan hanya membuat gambar tapi membuat karir. Hah maksudnya gimana? Contoh nih, kalau kamu membuat gambar-gambar itu cuman kamu posting di IG kamu, itu artinya seseorang cuman bisa lihat, cuman bisa like karya kamu, itu namanya ya bikin gambar untuk kesenangan pribadi doang, entah itu bentuknya koleksi atau commissions. Tapi sekarang, untuk portofolio kamu perlu bikin sebuah proyek. Proyek yang harus ada pengaplikasiannya di dunia nyata, dan yang harus ada prosesnya. Udah punya gambar banyak, atau malah belum punya portofolio sama sekali pun, kamu tetep boleh milih sesuatu yang ada di dunia nyata yang bisa kamu jadiin digital art dengan prospek bisnis yang bagus. Kayak misalnya artikel dari New York Times atau artikel dari Jakarta Post, artikel ini kan udah nyata nih, nah kamu bisa pinjem dulu terus kamu coba-coba buatkan ilustrasi untuk artikel ini. Kayak gitulah yang namanya elemen proyek. Jadi orang bisa langsung lihat karya kamu ini bisa diaplikasikan untuk sesuatu yang nyata dan menarik. "Emang boleh Min ngambil artikel gitu? Emang boleh ngambil produk dari industri permusikan terus kita buat ilustrasi/gambar kayak cover album palsu buat band kesukaan aku gitu?" Boleh kok, boleh-boleh aja. Asalkan kamu nggak memperjualbelikan gambar tersebut. Kalau kamu misalnya bikin gambar itu jadi buka berpassword, tapi kamu jual buat cover buku bajakan, yaa itu valid dunia akhirat nggak boleh ya Sob.
- Selanjutnya adalah kamu harus mulai siap gambar kamu diklaim. Nah buat yang nggambar cuman buat hobi, kamu harus mulai membuat gambar per proses untuk kamu cantumin di portofolio kamu nanti. Kenapa harus per proses? Klien tuh pengen lihat proses kamu Sob. Mereka bakal melihat kayak gimana sih kira-kira waktu kamu nanti kerjasama sama mereka? Prosesnya kayak gimana? Dan mereka tuh pengen tau bakal dapat gift apa aja dari karya kamu? Kalo Mimin nih, biasanya yang Mimin cantumin dalam portofolio yaitu mulai dari sketsa kasar, gambar yang udah rapih-nya kayak gimana, pilihan warna yang beragam, gambar finalnya, dan mock-up dari image/design yang Mimin buat. Mock-up itu kurang lebih kayak dipasangin ke produk gitu loh Sob. Jadi gambar kamu yang udah jadi, udah siap, terus kamu aplikasikan sama produk yang cocok. Misal nih, kamu bikin desain cover novel, nah jangan lupa untuk membuat mock-up nya. Kalau kamu belum tau tentang mock-up, coba cari tahu lebih banyak artikel tentang mock-up ya Sob.
- Step yang keempat ini kita mulai masuk ke bidang memilah-milah karya. Nah untuk hal ini Mimin mau saranin setidaknya kamu harus punya minimal 20 sampai 30 proyek lah. Supaya dengan proyek-proyek itu nanti, kamu bisa memilah-milah karya kamu. Kenapa harus dipilih lagi? Ya karena portofolio yang kuat itu biasanya punya 8 sampai 10 proyek yang paling menarik dan paling berpotensi buat bisnis. Menurut Mimin, 8 sampai 10 proyek itu angka yang sesuai untuk orang mengira-ngira, oh ternyata dia kualitasnya segini, prosesnya seperti ini, secara keseluruhan seperti ini, brand image-nya kayak gini, dsb. Nah saat kamu memilah proyek, kamu harus punya konsistensi. Konsistensi bukan berarti stylenya harus sama semua ya Sob, tapi maksud Mimin adalah harus ada satu message atau satu brand image yang kuat. Jadi inget, yang dijual itu bukan cuma gambar kamu, tapi kepribadian kamu saat memilih karya. Pastikan kepribadian ini terlihat supaya konsistensi dan karya kamu memiliki brand image. Sekarang kita ngomongin secara teknis pilih proyeknya kayak gimana? Jadi milih proyeknya itu biasanya Mimin nggak akan pilih karya yang jelek. Udah pasti lah ya. Tapi Mimin juga nggak akan pilih karya Mimin yang terlalu bagus. Loh, kenapa? Karena kita harus konsisten nggak cuma dari segi look tapi juga dari segi kualitas. Kalau misalnya kita masukin gambar yang bagus, nilainya antara 7 dan 8, trus ada satu gambar kita yang bisa dikatakan nilainya 6. Saat itu klien yang melihat gambar kita bakalan kayak "oh gambar ini nilainya 8,7,8,7,8,7" tapi tiba-tiba ada yang nilainya 6. "Wah jangan-jangan nanti kalau aku kerja sama orang ini bakal dapet karya yang nilainya 6". Nah itu kan jadi bikin kepercayaan diri klien sama karya kita berkurang. Sama halnya kalau misalnya diantara gambar kamu yang nilainya 8,7,8,7,8,7 tiba-tiba ada satu yang gambarnya nilai 10, perfect banget, keren banget. Nah kalau kamu masukin itu ke portofolio kamu itu juga bisa berbahaya, karena kalau kita nggak ngerti gimana kita bisa membuat gambar yang perfect seperti itu saat ada klien yang datang, dan minta kita untuk mengulang dan membuat gambar dengan kualitas yang sama. Nahlo, bingung gak tuh Sob?
- Oke step yang terakhir adalah menyusun portofolio-nya. Mimin sebenarnya punya banyak banget rekomendasi platform buat membangun portofolio, tapi untuk memilih platform-nya menurut Mimin sih ini bebas sebebas-bebasnya kehendak kamu ya Sob. Kamu mau pake apa aja nggak ada ketentuannya, tapi yang pasti jangan pernah pakai medsos kamu untuk portfolio ya Sob. Kenapa? Karena medsos itu kan kronologis, jadi kalau kamu post sesuatu yang baru maka dia akan ada di paling atas, sementara karya paling bagus kamu belum tentu posisinya berada diatas. Bisa aja ke tumpuk jadi paling bawah. Mimin saranin mendingan punya antara website pribadi atau pakai website portfolio yang udah ada. Ngomongin soal platform digital, mungkin ada yang bikin format gambarnya PDF, atau malah di print out sekalian, dan lain sebagainya. Ya sebenarnya sih boleh-boleh aja, cuman zaman sekarang kayaknya udah jarang lah ya orang yang minta portfolio yang di print out. Lebih praktis pakai digital dan berbasis online gak sih, biar bisa di-update terus juga kan Sob. Kalo soal susunan, biasanya gambar Mimin yang paling bagus ada di posisi paling atas, di tengah, sama di paling bawah. Kenapa? Karena pertama kali klien ngebuka portofolio kita, klien akan langsung terkesima pada pandangan pertama, ceeileeeehh. Dan klien akan terus membuka gambar-gambar selanjutnya eh ketemu yang bagus lagi di tengah-tengah. Otomatis klien nggak akan bosan buat scroll sampai habis, sampai menemukan gambar bagus lagi yang berada di paling bawah. Ssst, itu rahasia dari Mimin ya Sob.
Lengkap kan Sob artikelnya? Jadi sebenarnya tidak terlalu susah kan membuat portofolio yang menarik? Gambar kita di dalam portofolio itu sebenarnya juga nggak cuma susunan atau tata letak dari karya-karya kita aja, karena kamu juga perlu biodata, kamu juga perlu logo, kamu juga perlu informasi tentang bagaimana cara ngirimin kerjaan kamu ini ke klien-klien kamu nanti.
Udah dulu informasi dari Mimin ya Sob. Kalau artikel ini bermanfaat, kamu bisa share ke teman-teman se-hobi dan seperjuangan kamu! Terimakasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H