(Sabtu, 20 Maret 2022 : Isti Annajihah)
Puji syukur atas semua karunia dan kenikmatan yang telah Allah swt berikan pada kita semua umumnya dan pada penulis khususnya, yang mana telah diberi kesempatan untuk berkhidmat dalam jam'iyyah yang luar biasa yakni Nahdlatul Ulama khususnya di Banom Fatayat. Ada rasa tersendiri saat mengikuti apapun kegiatan yang ada didalamnya.
Terlebih pada siang menjelang sore hari ini, yang mana diselenggarakannya sebuah kegiatan yang sangat istimewa yakni Khotmil Qur'an & Istighotsah dalam Rangka Harlah Fatayat NU Ke 72 di Gedung MWC (Majelis Wakil Cabang) Dawe. Rasa teduh dengan lantunan suara-suara yang menyejukkan para khafidzoh di Kecamatan Dawe ini membuat acara berjalan dengan penuh rasa khidmat.
Dawe merupakan sebuah kecamatan di salah satu Kabupaten Kudus, dengan letak yang strategis di lereng Gunung Muria yang terdiri dari 18 Desa yaitu Cendono, Colo, Cranggang, Dukuh Waringin, Glagah Kulon, Japan, Kajar, Kandang Mas, Kuwukan, Lau, Margorejo, Piji, Puyoh, Rejosari, Samirejo, Soco, Tergo, Ternadi.
Banom Fatayat NU Dawe yang diketuai oleh Sahabati yang bernama Suti'ah, S.Pd.I ini alhamdulillah bisa tetap berada pada koridor keistiqomahan dalam keaktifannya, meskipun dua tahun terakhir kemarin sempat terkendala kegiatannya karena pandemi yang sedang melanda hampir seluruh negeri di bumi ini. Dan dengan mengucap syukur alhamdulillah pandemi di negeri ini mulai berangsur mereda, sehingga berbagai kegiatan sosial, keagamaan berangsur dapat berjalan normal seperti sedia kala.
Pada kesempatan ini penulis akan mengulik dari kegiatan yang berlangsung mulai pukul 13.00 Wib siang menjelang sore tadi. Acara dimulai dengan pembukaan, khotmil Qur'an, Istighotsah, Do'a, Sambutan, dan Penutup. Nah, jika kita melihat rangkaian acaranya, memang acara tersebut seperti pada kegiatan umumnya. Namun disini penulis memandangnya tidak hanya sekedar rangkaian acara saja.
Saat baru datang menginjakkan kaki di gedung tempat pelaksanaan berlangsung, penulis disuguhkan dengan kearifan lokal yang mana sesama anggota dari tiap Ranting saling memberikan senyum sapaan dengan nada kekeluargaan. Kemudian saat acara berlangsung, semua anggota fatayat dengan sapaan akrab Sahabt-sahabati ini duduk saling membaur tanpa dibeda-bedakan menurut apa jenis profesinya, kastanya, kedudukannya, semua sama. Dan tentunya saat berlangsungnya pembacaan Khotmil Qur'an dan istighotsah berlangsung ini semoga memberikan keberkahan untuk semua sahabat-sahabati Fatayat NU Ancab Dawe kkhususnya dan seluruh anggota jami'yyah Nahdlatul Ulama' pada umunya.
Puncak dari pengamatan dengan paradigma sosial yakni saat acara penutupan, yang mana acara ditutup dengan makan bersama untuk ngalap keberkahan dari khotmil Qur'an. Dari Panitia pelaksana menyuguhkan beberapa nampan yang berisi Nasi dan lauk, dimana setiap nampan dikepung oleh 5 orang dari berbagai ranting. Dari sini jika kita melihat lalu memaknai lebih dalam lagi, maka makan tersebut tidak hanya sekedar santapan untuk mengisi perut semata.
Dari paradigma sosisal, kita bisa merasa bahwa apapun yang membuat kita beda dengan lain, seketika saat itu kita merasa sama. Kita makan dari satu wadah dan isi yang sama dan lebih dari itu, saat baru melingkarkan diri untuk mengepung nampan tersebut, pasti timbul rasa ingin tahu, dari mana asal anggota yang makan satu nampan bersama kita, siapa namanya dan tentunya jika memiliki jiwa sosial pasti momentum tersebut akan saling mengenal dan berlanjut di luar acara jika keadaan memungkinkan. 18 titik Desa dari lingkup kecamatan jika saling mengenal, saling ingin sharing mengenai Banom fatayat tiap ranting maka insyaAllah akan tambah syiar Jami'iyyah tercinta kita. Dan tidak menutup kemungkinan untuk boleh dan saling mengenal dan membahas di luar pembahasan tentang Banom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H