Lihat ke Halaman Asli

JalaNajiha_Safariku

Dadio Menungso Melas Aseh, Ugo Ojo Pileh Kaseh ( ig: annajihah95 / fb: Isti Annajihah / Wa : 085802254104 )

Indahnya Tradisi Ruwahan (Nisfu Sya'ban) di Desa Puyoh

Diperbarui: 18 Maret 2022   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dokpri

Rabu, 17 Maret 2022 : Isti Annajihah

Islam adalah agama Rahmatan lil'alamiin, dimana tak ada paksaan tuk memeluknya. Dari Zaman Rasulullah hingga gebyarnya dunia saat ini, Islam menjadi mayoritas agama yang telah menyebar hingga sudut-sudut negeri. Tak tertinggal juga di desa penulis yang terletak di kaki Gunung Muria pun menjadikan Islam sebagai agama yang mayoritas dianut. 

Tlatah Jawa adalah tanah yang dipijak dan disinggahi dalam mengarungi kehidupan di desa penulis, yang mana tak luput dari berbagai macam tradisi yang bersifat "kejawen" yang jika dicari sumbernya tidak ada di dalam Al-Qur'an maupun hadits. Namun semua itu, semata-mata dilakukan untuk mendekatkan di pada Sang Pencipta yaitu Allah Swt.

Jika kita melihat fenomena-fenomena yang sering terjadi diakhir zaman ini, banyak sekali kita menyaksikan seseorang yang dengan mudahnya mengecap kafir, bid'ah, musyrik pada sesuatu yang mereka pandang dengan kacamata kebencian semata tanpa mencari sumber dan penelusuran yang teliti. Tlatah jawa itu salah satu bagian dari jengkal bumi yang kalau menurut orang jawa itu bisa dikatakan sebagai bumi yang "sangar" dengan bibit kawit sejarahnya. Jadi orang-orang jawa dulu itu tidak sembarang dalam tirakatnya.

Tradisi Ruwahan pun menjadi bagian dalam perjalanan tirakat dan sejarah  yang ada di tlatah jawa ini, yang mana saat malam Nisfu Sya'ban tiba orang-orang jawa terkhususnya di desa Puyoh ini menyambutnya dengan penuh suka cita. Di Desa Puyoh ini tradisi ruwahan rangkaian acaranya biasanya dimulai dari sore hari bada asar. 

Acara dimulai dengan ngenduri. Warga yang terdiri dari golongan tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak beramai-ramai mendatangi Langgar/Musholla dan Masjid terdekat dengan membawa sewadah  kenduren yang di dalamnya terdapat berbagai jajanan tradisional. Diantara jajanan yang bisa dikatakan sebagai jajanan wajib adalah Puli, Ketan dan Apem

Ketiga jajan tersebut mempunyai makna dan pelajaran yang mendalam. Pertama yaitu Puli, dari kata u'fu li yang mengandung arti "Semoga Allah memberi pengampunan kepadaku". Kedua yaitu Ketan, dari kata Khotoan yang mengandung arti "manusia itu banyak lupa dan salah". 

Ketiga yaitu Apem, dari kata 'afwun yang mengandung arti "memberi maaf kepada sesama". Jika direnungi lebih dalam lagi makna-makna tersebut, bahwasanya disaat malam nisfu sya'ban tiba, kita semua dianjurkan untuk meminta ampunan kepada Allah Swt atas semua kesalahan yang telah kita lakukan karena kita sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa yang terkadang bahkan sering membuat hati saudara, tetangga, teman, kerabat dengan tidak sengaja bahkan sengaja membuatnya kecewa dan marah. Maka dari itu di bulan yang mulia ini marilah kita saling memberi maaf dan begitu juga jangan malu untuk meminta maaf kepada sesama.

Rangkaian acara Ruwahan dilanjutkan setelah sholat maghrib. Warga setempat seperti hal nya kenduri tadi, baik dari golongan tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak ramai berbondong-bondong pergi ke Langgar/Musholla dan Masjid terdekat untuk sholat maghrib berjama'ah. Setelah sholat maghrib selesai, dilanjut dengan sholat nisfu sya'ban dan kemudian membaca surah yasin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline