Lihat ke Halaman Asli

Istianah Billah

Pengumpul serakan ilmu di planet Bumi

Memori Senyuman

Diperbarui: 27 November 2020   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memori Senyuman

Janganlah tenggelam dalam kesedihan jika dunia tidak berpihak padamu. Lihatlah bulan, bukankah ia makin jelas indahnya jika malam makin semakin gulita? (Edgar Hamas)

Semakin tua usia kita maka hidup akan semakin tak mudah. Begitulah saat kita memutuskan untuk hidup. Hidup adalah ruang dan waktu dengan problematika. Tanpa masalah kita hanya berdiri di tempat. Acapkali kesulitan yang kita hadapi membuat kita seolah orang yang paling sengsara di dunia. Tapi, di balik kesedihan yang kita alami, Allah pasti telah siapkan saat untuk kita tersenyum. "Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (An-Najm : 43).

Setiap orang pasti punya masalah. Bahkan setelah berkalang tanah pun manusia tetap menjumpai problem. Ya! Pertanyaan "Siapa Tuhan-mu?", "Apakah agamamu?", "Siapakah orang yang telah diutus untukmu?" merupakan problem pertama alam kubur bagi setiap jiwa yang putus.

 Tetapi, orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan. Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk dan berlipat ganda. Justru biasanya yang membuat kita tersenyum adalah kenangan masa lalu kita yang pedih yang kita lalui dengan sabar. Hari-hari berat itu membuat kita lebih kuat, dan kita kan tertawa mengenangnya.

Seperti halnya dahulu Rasulullah diusir dari Mekah, beliau memutuskan untuk menetap di Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.

Ahmad bin Hambal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi karenanya pula ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab.

Ibnu Taimiyah pernah dipenjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak melahirkan karya.

As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku sebanyak dua puluh jilid.

Ketika Ibnul Atsir dipecat dari jabatannya, ia berhasil menyelesaikan karya besarnya yang berjudul dan , salah satu buku paling terkenal dalam ilmu hadis.

Ibnul Jauzy pernah diasingkan dari Bagdad, dan karena itu ia mengusai Qiraah Sabah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline