Lihat ke Halaman Asli

Isti anah

Mahasiswa

Perjalanan Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 12 Januari 2023   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

SEBELUM KEMERDEKAAN

  • ZAMAAN PENJAJAHAN PORTUGIS

Pada abad ke 16 datanglah berduyun-duyun pedagang bangsa Eropa di Asia Tenggara. Untuk pertama kalinya bangsa Portugis berlabuh di Asia Tenggara pada tahun 1509, tepatnya di kota kerajaan Malaka, mereka datang sebagai akibat dari perang salib terhadap kaum muslim, tetapi juga mendapat keuntungan yang besar dari perdagangan lada dan rempah-rempah. Bangsa Portugis menyerang Malaka pada tahun 1511 dan selanjutnya menaklukkan Malaka dengan tujuan menguasai lada dan rempah-rempah yang bersumber dari kota kerajaan Malaka. 

Selain mencari kekayaan (gold) dan kejayaan (glory), bangsa Portugis datang ke Timur (termasuk Indonesia) bertujuan menyebarkan agama yang, yakni Katholik (gospel). Pada 1536 juga, penguasa Portugis bernama Antonio Galvano membangun sekolah seminari untuk anak-anak dari petinggi pribumi di Maluku. Sekolah yang sama juga dibangun di Pulau Solor dan banyak muridnya mencapai 50 orang. Sekolah ini juga menggunakan bahasa Latin. 

Kala itu, penyelenggaraan pendidikan kurang mendapat kemajuan yang berarti. Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena hubungan orang Portugis dengan orang Ternate semakin kurang baik, di samping itu pula mereka masih harus bersaing dan berperang melawan bangsa Spanyol dan lnggris.

  • ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA

Dunia pendidikan selalu mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Pendidikan di indonesia pun juga mengalami perubahan mulai dari sebelum kemerdekaan hingga setelah merdeka. Pada tahun 1854, beberapa bupati menginspirasi pendirian sekolah kabupaten yang hanya mendidik para calon pegawai. Setelah itu, pada tahun 1854 lahirlah sekolah Bumi Putera yang hanya memiliki 3 kelas. Rakyat hanya diberikan pengajaran membaca, menulus, dan menghitung seperlunya saja, dan itu hanya mendidik pembantu untuk mendukung usaha dagang mereka. 

Pemerintah Hindia Belanda memberikan kelonggaran pada para calon dokter jawa untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Tahun 1922 lahirlah Taman Siswa Yogyakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Taman siswa ada sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas. 

Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah adanya perubahan terlebih di dunia pendidikan dan kebudayaan. Beliau mengatakan bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis. Adanya pertukaran bukan berarti menghilangkan kebudayaan asli, akan tetapi adanya pertukaran kebudayaan akan lebih menguatkan identitas masing-masing kebudayaan.

  • ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

Bergantinya kependudukan Belanda menjadi kependudukan Jepang menimbulkan sebuah peralihan drastis dalam berbagai bidang termasuk pada bidang pendidikan. Adapun sistem pendidikan yang diterapkan Jepang di Indonesia yaitu, mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Untuk itu, pemerintah Jepang mengeluarkan berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut yaitu sebagai berikut:

  • Format pendidikan mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal.
  • Mengambil tenaga pribumi, yaitu dengan merekrut Ki Hajar Dewantara sebagai penasehat bidang pendidikan. Pengambilan tenaga pribumi ini bertujuan untuk menarik simpati dan dukungan rakyat Indonesia.
  • Melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan dari pemerintahannya. Untuk itu diadakan sebuah pelatihan untuk para guru. Adapun materi pokok dalam latihan tersebut antara lain: 1) Nippon Seisyin, yaitu latihan semangat Jepang dan kemiliteran; 2) indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; 3) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; 4) Bahasa, sejarah dan adat istiadat Jepang; serta 5) Nyanyian dan olahraga Jepang.

Adapun tingkatan lembaga pendidikan yang disediakan pemerintah Jepang untuk siswa, yaitu sebagai berikut.

  • Pendidikan Dasar (Kokumin Gakkso/ Sekolah rakyat). Saat ini lebih dikenal dengan sekolah dasar yang lama jenjang pendidikan ini adalah 6 tahun.
  • Pendidikan Lanjutan yang terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama pendidikan selama 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi/ Atas) yang juga ditempuh dalam waktu 3 tahun.
  • Pendidikan Kejuruan. Sekolah yang setingkat SMA berfokus pada kemampuan kerja siswa atau hal praktek bukan pada hal akademik. Seperti dalam bidang-bidang pekerjaan pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. Sekolah ini ditujukan untuk pelajar yang ingin langsung bekerja tanpa masuk ke tingkat perguruan tinggi terlebih dahulu.
  • Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi merupakan tingkatan tertinggi dalam jenjang pencarian ilmu yang dibentuk atau ditentukan oleh pemerintah Jepang.

Penetapan dan perubahan kebijakan, peratutan serta sistem terhadap pendidikan Indonesia oleh pemerintah Jepang ini memiliki tujuan dan fungsinya tersendiri bagi pemerintah Jepang. Adapun tujuan dari pendidikan yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang terhadap pendidikan di Indonesia yaitu untuk menarika simpati pribumi agar mau membantu dan membela serta memenangkan Jepang dalam perannya di Perang Dunia.

SETELAH KEMERDEKAAN

Setelah adanya kemerdekaan, dunia pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan. Pada masa orde lama (1945 -- 1966) Sistem        persekolahan        sesudah Indonesia  merdeka  yang  berdasarkan  satu jenis  sekolah  untuk  tiga  tingkat  pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap diteruskan.Sedangkan    rencana    pembelajaran    pada umumnya    sama    dan    bahasa    Indonesia ditetapkan  sebagai  bahasa  pengantar  untuk sekolah. Adapun sistem pendidikan yang berlaku adalah sebagai berikut:

  • Pendidikan Rendah. Disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) lama pendidikan semula 3 tahun menjadi 6 tahun.
  • Pendidikan Guru. Dikenal tiga jenis pendidikan guru, yaitu Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Guru C (SGC), dan Sekolah Guru A (SGA).
  • Pendidikan umum. Ada dua jenis pendidikan umum, yaitu sekolah menengah pertama (SMP) dan Sekolah menengah Tinggi (SMT).
  • Pendidikan Kejuruan. Terdiri dari Pendidikan ekonomi dan Pendidikan kewanitaan.
  • Pendidikan Teknik. Terdiri dari Kursus Kerajinan Negeri (KKN), Sekolah Teknik Pertama (STP), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik Menengah (STM), dan Pendidikan Guru untuk sekolah teknik.
  • Pendidikan Tinggi. Lembaga pendidikan yang ada adalah Universitas Gajah Mada, beberapa sekolah tinggi dan akademi di Jakarta,Klaten, Solo, dan Yogyakarta.

Pada masa orde baru (1968 -- 1998) terdapat perubahan sistem pendidikan dari orde lama. Pada pelaksanaannya kegiatan kependidikan pada era ini difungsikan sebagai instrumen pembangunan ekonomi nasional, kebijakan pendidikan semuanya terpusat, pendidikan di selenggarakan dengan otorita kekuasaan administratif birokratis dan penyeragaman kurikulum juga diikuti dengan penyeragaman metode mengajar dan sistem evaluasi, yaitu Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). 

Setelah adanya reformasi, maka sistem pendidikan pun berubah lagi. Pendidikan pada masa reformasi menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setelah itu muncullah kurikulum 2013 sebagai bentuk pembaharuan dari KTSP. Hingga pada tahun 2022, Indonesia menggunakan Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka ini mengambil filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Kurikulum ini berorientasi pada peserta didik. 

Keharusan untuk memandang rasa hormat kepada anak, sehingga membuat pendidikan yang memanusiakan manusia. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidik bagaikan seorang petani yang harus memperlakukan cara menanam bibit sesuai dengan bibitnya, misal menanam padi, maka petani harus menggunakan cara untuk menanam padi, bukan cara menanam jagung. Hal ini akan membuahkan hasil panen dengan maksimal. Kurikulum merdeka dengan paradigma baru menekankan pada proses pembelajaran yang digunakan untuk karakteristik peserta didik yang berbeda, sehingga tidak lagi berorientasi pada hasil ujian akhir.

PENDIDIKAN YANG MEMBELENGGU

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, pendidikan di Indonesia tetap dilanjutkan dengan mengadopsi pendidikan masa kedudukan Jepang. Seiring berjalannya waktu, pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan, seperti penggunaan kurikulum yang memiliki nilai positif dan negatif. Hal ini yang mengakibatkan sering terjadinya pergantian kurikulum agar membuat pendidikan lebih baik lagi.

Sistem pembelajaran pada masa orde lama, orde baru, hingga masa reformasi umumnya menggunakan paradigma pembelajaran yang menekankan pada peranan guru sebagai pusat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang selalu menghafal, metode ceramah, serta menempatkan peserta didik sebagai orang yang belum tahu apa-apa membuat peserta didik tidak bebas dalam kegiatan pembelajaran. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa model pembelajaran seperti yang disebutkan di atas adalah konsep pembelajaran model pembelajaran Gaya Bank (Banking Concept of Education). Konsep pendidikan gaya bank merupakan suatu gejala, dimana guru berlaku sebagai penyimpan (depositor) yang memperlakukan murid-muridnya sebagai tempat penyimpanan-semacam bank-yang kosong dan karenanya perlu diisi.

Pendidikan gaya bank telah mengakibatkan terjadinya kebekuan berpikir serta tidak munculnya kesadaran kritis pada diri peserta didik. Hal ini dikarenakan pendekatan yang dipakai dalam konsep pendidikan ini adalah pendekatan bercerita yang mengarahkan peserta didik untuk menghafal.

  • Konsep pendidikan gaya bank tidak mengenal pemecahan masalah kontradiksi guru dan murid, sebaliknya memelihara dan mempertajam kontradiksi itu melalui cara-cara dan kebiasaan yang mencerminkan suatu keadaan masyarakat tertindas (murid):

a) Guru mengajar, murid belajar;

b) Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa;

c) Guru berpikir, murid dipikirkan;

d) Guru bercerita, murid patuh mendengarkan cerita;

e) Guru menentukan peraturan, murid patuh diatur;

f) Guru memilih dan memaksakan pilihannya;

g) Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya;

h) Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid menyesuaikan diri dengan pelajaran itu;

i) Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid;

j) Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid hanyalah obyek belaka (Freire: 2000; bdk. Azzet: 2017)

SOLUSI

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka model pendidikan yang saya tawarkan untuk melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik adalah model pembelajaran yang dikemukakan oleh Freire dan Ki Hajar Dewantara. Implikasi konsep pendidikan yang membebaskan olehkedua tokoh ini dilihat sebagai pendidikan yang mampu membawa manusia untuk merdeka lahir dan batin. Metode dialogis menurut Freire saya anggap cocok digunakan dalam proses pendidikan. Selain itu, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara juga masih memiliki relevansi dalam pendidikan Indonesia saat ini. 

Penerapan program merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah Indonesia perlu ditanggapi serius dan dikoordinasikan oleh setiap insan terdidik dan akademisi, serta lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan hendaknya tidak diserahkan penuh sebagai tanggung jawab guru di sekolah, tetapi keluarga dan lingkungan pula berperan sangat penting dalam upaya memerdekakan setiap individu.

Sumber

Buku

Dewantara, K. H. 2013. Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka, I (Pendidikan). Yogyakarta: UST Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Freire, P. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, (U. Dananjaya, dkk.). Jakarta: LP3ES.

Azzet, A. M. 2017. Pendidikan yang Membebaskan. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Jurnal dan website

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline