Lihat ke Halaman Asli

1.3.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 1.3

Diperbarui: 4 Desember 2022   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

1.3.a.8. Koneksi antar Materi Modul 1.3 oleh Istiana Wahyu S., S.Pd.SD Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari SD Negeri Mojodoyong 4 Kabupaten Sragen Provinsi jawa Tengah

Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Di sinilah peran peran pendidik sangat penting. Ki Hajar Dewantara mengibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Guru Penggerak harus memiliki nilai-nilai yang ada di dalam dirinya yaitu BEMAKIR (berpihak pada murid, Mandiri, Kreatif, Inovatif dan reflektif). Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku dan tentunya nilai-nilai tersebut erat kaitannya dalam mewujudkan perannya sebagai Guru Penggerak. Guru Penggerak memiliki peran yaitu menjadi pemimpin dalam pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan peserta didik.

Dalam menjalankan perannya tersebut, seorang Guru Penggerak perlu merancang rencana dan tujuan yang akan dicapai. Perlu adanya visi dan langkah-langkah konkrit dalam melaksanakan tujuan tersebut. Bandura menyatakan visi adalah representative kognitif mengenai gambaran masa depan. Sedangkan Einsten mengungkapkan bahwa tanda kecerdasan yang sebenarnya bukanlah pengetahuan tetapi imajinasi. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi mencakup seluruh duania, menstimulus kemajuan dan melahirkan evolusi.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa visi kita merupakan gambaran impian/tujuan yang ingin kita raih. Visi memiliki kekuatan antara harapan dan doa. Harapan kita adalah visi kita. Visi kita sekarang adalah masa depan murid kita. Masa depan murid kita adalah masa depan bangs akita yaitu Indonesia. Jadi, jika kita ingin melangkah jauh, maka visi harus bersifat menyemangati, menguatkan, menggerakkan hati dan kolaborasi sehingga mampu membuat kita terus melangkah maju.

Visi seorang guru berjalan selaras dengan filosofi pendidikan KHD. Visi yang dibuat harus sesuai dengan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 yaitu: Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti ditunjukkan oleh gambar berikut:

Agar visi dapat terwujud, perlu adanya upaya nyata yaitu dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). Konsep IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). INKUIRI APRESIATIF (IA) merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan (positif). Dengan kata lain tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan dengan cara membuat kelemahan suatu system tidak relevan.

Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan upaya perubahan positif yang melibatkan proses penyelidikan sistematis. IA mengajarkan tentang apa yang membuat sebuah sistem hidup/berjalan efektif dan cakap dalam terminologi ekonomi, ekologi, dan sosial. IA dimulai dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah. mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Tahapan dalam IA dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).

Sebelum tahapan BAGJA dilakukan, dari Visi yang telah dibuat terlebih dahulu menetapkan Prakarsa-prakarsa perubahan yang ingin dijadikan prioritas. Pernyataan prakarsa perubahan adalah gambaran upaya nyata yang memungkinkan gotong-royong dalam meningkatkan kualitas pembelajaran murid berbasis aset/kekuatan. Penyusunan Prakarsa perubahan dapat dibantu dengan model ATAP.

Dengan model ATAP ini kemudian dirumuskan sebuah prakarsa perubahan yang tentunya dapat mewujudkan elemen-elemen pada dimensi Profil Pelajar Pancasila melalui pembiasaan, rutinitas, yang terintegrasi dalam pembelajaran/pelatihan. Yang perlu diingat bahwa prakarsa perubahan bukanlah sebuah slogan/judul kegiatan. Prakarsa perubahan diharapkan dapat menstimulus bayangan akan inisiatif/tindakan/kegiatan yang harus dijalankan demi mewujudkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline