Lihat ke Halaman Asli

Istanti Surviani

Ibu rumah tangguh yang suka menulis

[Wisata Religi Masjid Nusantara]: Mengintip Masjid Tertua di Kota Cimahi

Diperbarui: 9 April 2023   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompleks Masjid Baiturrohmah Cimahi dan makam keluarga. Foto: Dokpri

Saat Mystery Challenge kedua datang dengan tema "Wisata Religi Masjid Nusantara", ada hasrat untuk menceritakan pengalaman mengunjungi beberapa masjid di Bandung saat Ramadhan. Masjid Aljabbar yang lagi viral, Masjid Al Irsyad yang dahsyat, juga Masjid An Nugraha yang berlimpah cinta. Baca ini: https://www.kompasiana.com/istanti1406/62161632bb448613d77fe3a3/masjid-an-nugraha

Saya ajak suami berdiskusi menentukan pilihan masjid yang akan saya bahas. Ternyata suami menyarankan masjid lain yang ingin dia kunjungi juga. Masjid yang namanya begitu asing di telinga. Padahal, lokasi masjid ini ternyata dekat dari rumah. Bahkan, kami sering lewat daerah situ meskipun tidak melintasi langsung di depan masjid.

"Apa istimewanya masjid itu, Pah?"

"Oh, ini masjid tertua di Kota Cimahi, Ma. Namanya Masjid Baiturrohmah. Ada kisah heroik di balik masjid ini."

Saya dan suami pergi ke Masjid Baiturrohmah selepas salat asar. Kami sengaja bermotor ria melalui jalan pintas agar tidak terjebak macet. Dari tempat tinggal kami di daerah Puri Cipageran Indah 2 menuju masjid melalui pintu masuk Perumahan Padasaka. Perjalanan memerlukan waktu kira-kira setengah jam.

Jika dari arah Cimahi, setelah kantor PLN bisa belok kiri masuk ke jalan Cisangkan. Dari jalan ini lurus terus sampai ketemu parkiran mobil di sebelah kiri. Di sebelah timur parkiran inilah lokasi masjid berada. Jika masih bingung, aktifkan saja google map di hape untuk memandu perjalanan menuju ke sana.

Saya langsung menuju kantor DKM Baiturrohmah. Di sana ada dua orang gadis yang sedang bertugas jaga. Saya dan suami memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan kami. Lalu kami dipertemukan dengan ketua DKM, Yus Rusdian. Bayangan saya ketua DKM nya sudah separuh baya. Eh, ternyata masih muda dan energik. Sehingga, saya panggil beliau dengan sebutan Aa (Abang).

Saya bersama penerima tamu. Foto: Dokpri

Aa Yus Rusdian adalah cucu mantu dari generasi keempat. Tidak terpikir olehnya akan dipilih sebagai ketua DKM. Karena, ia merasa tidak kompeten dalam agama maupun organisasi. Namun, karena ingin mewariskan sesuatu yang bermanfaat untuk generasi mendatang, Aa Yus akhirnya bersedia dipilih sambil terus memperdalam ilmu agama.

Kami mengobrol cukup lama. Ada beberapa kesamaan cara pandang, sehingga obrolan jadi asyik. Saking asyiknya mengobrol sampai lupa berfoto bersama sebagai barang bukti. Mau manggil Aa Yus lagi, beliau keburu mengurus anak-anak yang sedang sanlat. Terima kasih Aa sudah berkenan memberikan nomer kontaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline