Syaefuloh Hidayat sepakat untuk menggelar event literasi dan sastra, dengan skala yang besar. Melibatkan banyak komunitas, juga komunitas di berbagai sekolah dan kampus. Brainstorming sudah dilakukan, sebagai pijakan awal untuk menggulirkannya.
Tamu Istimewa di Awal Kepemimpinan
Syaefuloh Hidayat adalah sosok yang antusias. Ia enjoy ngariung lebih dari 2 jam dengan para seniman sastra, sekaligus pegiat literasi. "Suasananya akrab dan menyenangkan. Saya senang," ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta tersebut.
Di pekan pertama menjabat sebagai Kepala Dispusip, ia kedatangan dua tamu istimewa. Pertama, Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Kedua, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI.
Ketiga sosok itu berbincang penuh semangat dan saling bertukar gagasan untuk mengembangkan literasi di DKI Jakarta. Kita tahu, Jakarta adalah Kota Sastra Dunia (City of Literature), sebagaimana ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Adalah Octavianus Masheka selaku Ketua Umum Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), yang mempertemukan ketiga sosok tersebut. Pada Selasa, 24 Desember 2024 lalu itu, Komunitas TISI secara resmi me-launching buku antologi puisi Membaca Ibu: Ibu, Aku Anakmu. Acara itu digelar di aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Dalam hal ini, Syaefuloh Hidayat dan Octavianus Masheka adalah tuan rumah untuk gelaran tersebut. "Sebagai Kepala Dispusip, saya berterima kasih kepada gerakan literasi dan sastra yang telah dan terus dilakukan Komunitas TISI. Di buku antologi ini, ada 96 penyair dari berbagai wilayah tanah air yang dirangkul komunitas ini. Aktivitas yang sangat membanggakan," ujar Syaefuloh Hidayat saat membuka acara.
Dalam konteks pengembangan literasi dan sastra di Jakarta, ia meyakini, Dispusip tentulah harus berkolaborasi secara intensif dengan berbagai komunitas literasi dan sastra. Dengan demikian, gerakan tersebut akan menjangkau semakin banyak lapisan masyarakat. Karena, keberadaan komunitas sesungguhnya mencerminkan keragaman yang ada di masyarakat.
Dari Jakarta untuk Indonesia
Octavianus Masheka mengungkapkan, saat ini, anggota Komunitas TISI lebih dari 1.000 pegiat sastra. Mereka tersebar di berbagai wilayah tanah air. "Karena komunitas ini kantor pusatnya di Jakarta, maka apa yang dilakukan TISI bukan hanya untuk warga Jakarta. Tapi, ini adalah gerakan komunitas literasi dan sastra di Jakarta, yang turut menggerakan berbagai komunitas di seluruh Indonesia," ungkap Octavianus Masheka.