Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Budi Susilo Bongkar Cuan Bisnis Kayu Manis

Diperbarui: 27 Februari 2023   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunci bisnis kayu manis: pendekatan sosial, pendekatan ekonomi. Foto: Dok. Budi Susilo

Budi Susilo. Inilah sosok pebisnis yang patut kita cermati. Ia mengelola lebih dari 1.500 hektar perkebunan kayu manis di Kabupaten Kerinci, Povinsi Jambi. Karyawannya lebih dari 4.000 orang. Semuanya warga setempat. Penduduk lokal. Bisnis tumbuh, ekonomi warga pun bangkit.

Peduli Komoditi, Peduli Ekonomi Warga


Kayu manis, bahasa kerennya Cinnamon. Kayu manis adalah salah satu jenis rempah-rempah kekayaan Indonesia. Industri makanan dan minuman, pasti membutuhkan kayu manis. "Kebutuhan nasional akan kayu manis, sangat banyak. Produksi dalam negeri, baru sekitar 13 persen dari kebutuhan nasional. Tiap tahun Indonesia mengimpor dari Vietnam untuk memenuhi kebutuhan tersebut," ujar Budi Susilo, yang kini tengah menyelesaikan S-3 di Washington University, Amerika Serikat.

Ia menilai, perhatian pengusaha perkebunan kita terhadap perkebunan kayu manis, relatif masih rendah. Nyatanya, produksi nasional baru sekitar 13 persen dari kebutuhan nasional. Padahal, industri makanan dan minuman, pasti membutuhkan kayu manis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, PDB industri makanan dan minuman naik 3,57 persen pada kuartal III/2022. Dan, Industri makanan minuman berkontribusi sebesar 37,82 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas.

Artinya, kayu manis sebagai salah satu bahan baku penting industri makanan minuman, sangatlah strategis. Strategis dalam konteks ketahanan pangan nasional, strategis pula dalam hal menyediakan lapangan kerja. "Perkebunan kayu manis menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini saya mempekerjakan lebih dari 4.000 orang. Semuanya warga setempat, warga lokal. Tidak ada seorang pun tenaga kerja yang saya datangkan dari luar Kabupaten Kerinci," ungkap Budi Susilo, yang sejak awal peduli pada komoditi pangan dan kehidupan ekonomi warga.

Dalam konteks kepedulian pada komoditi pangan dan kehidupan ekonomi warga itulah, Budi Susilo memulai bisnis perkebunan serta pengolahan kayu manis di Kabupaten Kerinci, pada tahun 2017. Investasi perkebunan serta pengolahan kayu manis, tidaklah kecil. Budi Susilo menuturkan, satu mesin pengolah, harganya minimal 17 miliar rupiah. "Saat ini kami punya 6 mesin, yang beroperasi secara penuh," tambahnya, dalam wawancara pada Kamis, 23 Februari 2023 lalu di Jakarta Selatan.

Ke-6 mesin canggih itu, ia import dari China. Tapi, ia sama sekali tidak mendatangkan tenaga kerja dari China. "Tidak, sama sekali tidak," sergah Budi Susilo. "Bahkan, kami juga tidak mendatangkan tenaga kerja dari Pulau Jawa. Ke-4.000 lebih tenaga kerja kami, semuanya warga lokal. Benar-benar orang lokal yang selama ini bermukim di sekitar perkebunan kami," lanjutnya.

Dengan kata lain, perusahaan perkebunan serta pengolahan kayu manis Budi Susilo, secara nyata menyediakan lapangan kerja secara langsung kepada warga setempat. Pertumbuhan ekonomi warga setempat pun, naik signifikan. "Karena itu, tokoh adat, warga setempat, dan Pemda Kabupaten Kerinci mendukung keberadaan kami," kata Budi Susilo.

Social Approach, Economic Approach

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline