Kenapa disebut jantung? Karena, tiap tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, pasti pernah ke Lantai 2 Tower 3 itu. Tiap kali berada di lantai tersebut, dapat dipastikan jantung para tenaga kesehatan (nakes) akan berdegup lebih kencang: jangan-jangan eh jangan-jangan. Benarkah?
Area Screening Covid-19
Ya, benar. Lantai 2 Tower 3 tersebut adalah area screening Covid-19 di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Tiap nakes yang akan bertugas di RSDC Wisma Atlet, wajib ke area ini untuk menjalani swab test. Di salah satu ruangan di lantai ini, sudah siaga sejumlah nakes dengan peralatan untuk mengambil sampel lendir di hidung.
Minggu (18/10/2020) lalu, saya bersama Mayjen Tugas Ratmono, datang ke ruangan tersebut. Ini adalah ruangan yang kerap didatangi oleh Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, tersebut. Kenapa? Karena, inilah titik awal, dalam konteks perawatan pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet.
"Kita harus pastikan bahwa seluruh nakes di RSDC Wisma Atlet, sudah menjalani swab test, dan hasilnya negatif. Kita juga harus pastikan bahwa seluruh tim pelaksana swab test, sudah menjalani swab test, dan hasilnya negatif," ujar Mayjen Tugas Ratmono memberi alasan, kenapa ia kerap mendatangi Lantai 2 Tower 3 tersebut.
Mayjen Tugas Ratmono menuturkan lebih lanjut, seluruh tim pelaksana swab test di sana, wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Tujuannya, agar mereka benar-benar terlindung, untuk mencegah kemungkinan tertular Covid-19 oleh mereka yang di-swab. Karena itulah ruangan ini disebut area screening Covid-19.
Proses screening Covid-19 tersebut, diberlakukan terhadap seluruh nakes, tanpa kecuali, ketika mereka mulai beraktivitas di RSDC Wisma Atlet. Selanjutnya, tiap bulan, seluruh nakes itu wajib menjalani swab test ulang, untuk memastikan, apakah ada di antara mereka yang terpapar Covid-19.
Jika ada yang hasil swab-nya positif, mereka akan diisolasi. Dilarang bertugas. Dilarang berinteraksi secara fisik dengan sesama nakes, dan tentu saja tidak boleh melayani pasien. Dengan demikian, para nakes di RSDC Wisma Atlet clear dari Covid-19, hingga mereka mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap para pasien.
Isolasi Sebelum Pamit
Durasi aktivitas para nakes di RSDC Wisma Atlet, tentu saja berbeda-beda, sesuai kesepakatan tiap nakes dengan pihak manajemen. Mayjen Tugas Ratmono menjelaskan, "Tiap nakes yang berakhir masa tugasnya, wajib menjalani isolasi, sebelum pamit meninggalkan RSDC Wisma Atlet. Setelah menjalani isolasi selama 14 hari, nakes tersebut akan di-swab. Jika hasilnya negatif, baru nakes yang bersangkutan diizinkan pamit dari RSDC Wisma Atlet."
Jika hasilnya positif? Ya, diisolasi lebih lanjut, di-swab ulang, sampai hasilnya negatif. Sistem serta mekanisme yang demikian, dirancang secara cermat oleh Mayjen Tugas Ratmono, kemudian dieksekusi di RSDC Wisma Atlet. "Ini adalah langkah, agar nakes yang pernah beraktivitas di RSDC Wisma Atlet, tidak menjadi penyebar Covid-19 ke masyarakat," tutur Mayjen Tugas Ratmono lebih lanjut.