Cemas dan khawatir. Begitulah umumnya kondisi psikis pasien Covid-19, ketika masuk RSDC Wisma Atlet. "Tugas kami adalah menjaga agar kecemasan dan kekhawatiran tersebut tidak berlebihan," ujar psikolog Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu, Koordinator Tim Psikologi Kesehatan Mental Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Apa korelasinya kondisi psikis dengan Covid-19?
Dampak Psikis ke Pemulihan
Sebagai manusia normal, cemas dan khawatir adalah hal wajar. Tapi, begitu seseorang terkomfirmasi positif Covid-19, kecemasan dan kekhawatiran yang bersangkutan, cenderung melebihi batas normal. Ada yang dalam waktu singkat, bisa kembali ke normal. Ada pula yang butuh waktu lama. Bahkan, ada yang butuh penanganan khusus, untuk menormalkannya.
"Satu per satu pasien, kami cermati kondisi psikis mereka," lanjut Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu, "sejak dari awal mereka masuk ke RSDC Wisma Atlet. Semua kami data dengan cermat dan detail. Karena, kondisi psikis pasien berkorelasi dengan proses pemulihan pasien yang bersangkutan." Hal itu disimpulkan Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu, setelah menangani sekian banyak pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet.
Secara detail, Mayor Inf Yosua C P Pasaribu, M.Psi, M.Han. mengurutkannya, begini. Pasien yang kecemasan dan kekhawatirannya berlebihan, cenderung menjadi susah tidur. Karena mereka kurang tidur, otomatis tingkat imunitasnya menurun. Itu memperlambat pemulihan.
Pasien yang kecemasan dan kekhawatirannya berlebihan, umumnya malas makan. Minimnya asupan kalori dan protein, tentulah membuat imunitasnya menurun. Itu juga memperlambat pemulihan. "Ada juga pasien yang sakit maag, yang karena kecemasan dan kekhawatirannya berlebihan, maag-nya kumat. Imunitasnya tentulah menurun," tutur Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu tentang beragam kondisi psikis pasien yang ia hadapi.
Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu tentulah tak sendiri menghadapi kondisi tersebut. Tim Psikologi Kesehatan Mental di RSDC Wisma Atlet diisi oleh sejumlah psikolog yang sudah berpengalaman: 2 psikolog dari Angkatan Darat, 2 psikolog dari Angkatan Laut, 2 psikolog dari Angkatan Udara, serta 2 psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPKI).
Tenangkan Pasien, Pulihkan Pasien
Sejumlah kondisi yang dijelaskan Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu tersebut, menunjukkan, bahwa ketenangan pasien Covid-19 secara psikis, berkorelasi kuat dengan proses pemulihan mereka. Semua itu disadari sejak awal oleh Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet. Karena itulah, Mayjen Tugas Ratmono menugaskan sejumlah psikolog yang sudah berpengalaman.
Kepada para psikolog tersebut, Mayjen Tugas Ratmono memberikan arahan secara detail dan lengkap. "Intinya, jaga ketenangan pasien. Beri kesempatan kepada tiap pasien untuk mengemukakan, apa yang mereka rasakan. Dengan begitu, mereka benar-benar merasa dilayani. Itu faktor penting untuk memulihkan mereka dari Covid-19," demikian arahan Mayjen Tugas Ratmono kepada Tim Psikologi Kesehatan Mental.
Mayor Infantri Yosua C. P. Pasaribu, selaku Koordinator Tim Psikologi Kesehatan Mental RSDC Wisma Atlet, mengeksekusinya di lapangan, sesuai arahan Mayjen Tugas Ratmono. Pertama, membuka ruang konsultasi secara online, hingga tiap pasien leluasa menghubungi Tim Psikologi Kesehatan Mental melalui telepon.