Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Integrasi Digital, Solusi dari RS Darurat Covid-19

Diperbarui: 13 September 2020   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mayjen Tugas Ratmono, Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, memeriksa fasilitas scan QR Codes untuk tiap pasien OTG di Tower 5. Ini adalah bagian dari integrasi digital untuk penanganan pasien Covid-19 yang dikembangkan Mayjen Tugas Ratmono bersama tim. Foto: isson khairul

Wisma Atlet dirancang bukan untuk rumah sakit. Karena darurat Covid-19, Wisma Atlet "disulap" menjadi RS Darurat Covid-19. Hingga Jumat (11/09/2020), ada 1.660 pasien Covid-19, yang dirawat inap di sana. Padahal, baru 4 bulan lebih beroperasi, sejak Senin (23/03/2020). Bagaimana mengintegrasikan seluruh aktivitas di sana?

Memantau Pasien Secara Cepat

Mayjen Tugas Ratmono adalah Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) di Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ruangan yang ditempatinya, menyatu dengan sejumlah staf lainnya. 

Suasana di ruangan di lantai 2 Tower 2 tersebut, lebih mirip sebagai Posko. Meja kerja Mayjen Tugas Ratmono berdekatan dengan jendela kaca lebar, yang memungkinkannya untuk melihat ke sebagian halaman Wisma Atlet.

Bahkan, tanpa menoleh pun, sebagian halaman Wisma Atlet langsung bisa ia pantau. Yang jadi masalah, Mayjen Tugas Ratmono ingin memantau kondisi 1.660 pasien Covid-19, yang dirawat inap di sana, secara cepat. Bukan dengan cara menyusuri laporan demi laporan, dari bagian ke bagian, yang dikirimkan kepadanya secara digital.

Yang bisa memenuhi keinginan Mayjen Tugas Ratmono tersebut, tentulah aplikasi digital, yang bisa diakses secara online. Yang seluruh data digital terintegrasi dan update. 

Nah, itulah yang sedang dikerjakan kini, dengan melibatkan vendor, untuk mengakomodasi keinginan tersebut. Pada Jumat (11/09/2020) lalu, Mayjen Tugas Ratmono sudah menunjukkan prototipe-nya, melalui gawai yang ada di genggamannya.

Data kondisi tiap pasien yang update, yang terintegrasi, tentulah sangat dibutuhkan, untuk mengambil kebijakan. Mayjen Tugas Ratmono memberi contoh tentang penggunaan vitamin. 

Jika penggunaan vitamin oleh pasien terdata dan terintegrasi secara digital, tentu akan memudahkan bagian logistik untuk mengantisipasi pembelian vitamin. Demikian pula dengan obat-obatan serta kebutuhan harian lainnya.

Yang berlangsung kini, masih semi digital. Menurut Mayjen Tugas Ratmono, setelah aplikasi tersebut selesai, berapa real-nya unit kamar yang masih tersedia, dengan cepat bisa diketahui. 

Dengan demikian, jika aplikasi sejenis yang berada di berbagai rumah sakit dan tempat perawatan pasien Covid-19 lainnya terintegrasi, maka akan segera diketahui kemampuan serapan terkini. Artinya, ada indikator yang bisa digunakan para pemangku kepentingan, untuk segera melakukan antisipasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline