Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Inspirasi Bank BCA untuk Bisnis di Ibu Kota Baru

Diperbarui: 30 Agustus 2019   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo bersama Presiden Direktur Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja (kedua dari kanan) di booth Bank BCA, setelah Joko Widodo meresmikan Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 di JCC, Jakarta Pusat, pada Rabu (09/09/2015). Jahja Setiaatmadja percaya bahwa pemerintah tentulah sudah melakukan kajian secara matang untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Foto: dari detik.com

Masih terlalu pagi. Itu komentar Jahja Setiaatmadja, ketika ditanya rencana buka kantor cabang di ibu kota baru. Kita tahu, Jahja Setiaatmadja adalah Presiden Direktur Bank Central Asia. Apa maksudnya masih terlalu pagi? Apa korelasinya dengan bisnis?

Tahapan Bisnis di Ibu Kota Baru  

Ibu kota negara akan pindah ke kawasan yang berada di dua kabupaten: Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara. Kedua kabupaten tersebut termasuk wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Tentang kepindahan itu, Jahja Setiaatmadja percaya bahwa pemerintah tentulah sudah melakukan kajian secara matang.

Sejauh ini, menurut Jahja Setiaatmadja, Bank Central Asia (BCA) belum merencanakan, akan membangun kantor cabang di ibu kota baru tersebut. Bank BCA masih mempertimbangkan banyak hal, untuk membuka kantor cabang di sana. Ia akan menunggu sampai pembangunan infrastruktur dasar rampung dan tersedianya layanan lain di sana, sebelum mengambil keputusan.

Kalau mau diurutkan, yang duluan masuk ke ibu kota baru tentulah Telkom, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Air Minum (PAM), dan Base Transceiver Station (BTS) serta infrastruktur telekomunikasi lainnya. Itu menurut pandangan Jahja Setiaatmadja, sebagaimana ia ungkapkan di Jakarta, pada Selasa (27/08/2019).

Saya pikir, kalangan industri perbankan, juga industri lainnya, tentu sepakat dengan pandangan tersebut. Kenapa? Karena, itu merupakan infrastruktur dasar suatu wilayah baru, sebelum layanan jasa perbankan dieksekusi di sana.

Setelah tersedia infrastruktur dasar tersebut, barulah berbagai jenis usaha mempertimbangkan untuk masuk ke ibu kota baru, termasuk usaha jasa keuangan.

Tahap berikutnya, menurut Jahja Setiaatmadja, yang patut masuk ke ibu kota baru adalah rumah sakit, perumahan, apartemen, bandara, pelabuhan, pergudangan, dan cold storage

Pada tahap ini, sebuah wilayah baru, sudah mulai menggeliat layaknya sebuah kota, meski dalam skala yang masih terbatas. Jumlah penduduk masih terbatas, pergerakan penduduk juga relatif terbatas.

Selanjutnya, yang perlu masuk ke ibu kota baru adalah lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanan-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi, kemudian rumah ibadah. 

Ketersediaan berbagai infrastruktur serta fasilitas tersebut, dengan sendirinya akan menumbuhkan gairah baru penduduk baru di ibu kota yang baru. Itu sekaligus akan menjadi magnet, yang akan menarik para pendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline