Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Mata Kuliah untuk Khofifah dari Mahasiswa Papua

Diperbarui: 26 Agustus 2019   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyuguhkan menu Papeda kepada Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kagoya. Ini momentum agar semua warga Papua dan Jawa Timur kembali bersatu sesama saudara. Melupakan perselisihan dan saling memaafkan. Foto: iNews.id/Ihya Ulumuddin

Khofifah memang Gubernur Jawa Timur. Warga Papua di provinsi itu memang mahasiswa. Dan, aksi diskriminasi serta rasisme yang menimpa mahasiswa Papua, adalah mata kuliah penting dari mahasiswa untuk Khofifah Indar Parawansa.

Cinta Gus Dur, Kader Gus Dur
Mari sejenak kita menoleh ke belakang, ke hari Jumat (29/12/2017). Hari itu adalah puncak acara haul ke-8 Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ribuan pengunjung menghadiri acara tersebut. 

Di sana, Khofifah Indar Parawansa bicara tentang keteladanan Gus Dur sebagai tokoh bangsa Indonesia. Khofifah menuturkan, banyak ajaran Gus Dur yang bisa terus digali dan diteladani.

Terutama, tutur Khofifah lebih lanjut, tentang semangat toleransi dan multikulturalisme, yang mampu menyatukan keberagaman umat agama. Dua hal ini sangat relevan di era milenial seperti sekarang ini. 

Apa yang dituturkan Khofifah pada tahun 2017 itu, menghadapi ujian sidang terbuka, ketika terjadi aksi diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di dua wilayah Jawa Timur: Malang dan Surabaya.

Gubernur Papua Lukas Enembe boleh dibilang sebagai salah seorang penguji di ujian sidang terbuka tersebut. Lukas Enembe mengajukan pertanyaan kepada Khofifah: orang Papua mencintai Gus Dur. Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur. Kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu? Kenapa Banser tidak diterjunkan untuk membantu pengamanan terhadap mahasiswa Papua?

Dua pertanyaan itu diajukan Lukas Enembe kepada Khofifah Indar Parawansa pada Senin (19/08/2019), ketika Khofifah dari Surabaya menelepon Lukas Enembe di Jayapura. 

Khofifah menelepon untuk minta maaf kepada Lukas Enembe dan kepada warga Papua, atas terjadinya aksi diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, pada Sabtu (17/08/2019).

Pada Senin (19/08/2019) itu juga, Lukas Enembe langsung menyampaikan permohonan maaf Khofifah, kepada massa yang mendatanginya di halaman Kantor Gubernur Papua, Jalan Soa Siu Dok 2, Jayapura, Papua. Lukas Enembe juga menceritakan sebagian percakapannya dengan Khofifah, termasuk tentang dua pertanyaan yang ia ajukan tersebut.

Kita tahu, yang dimaksud dengan Gus Dur adalah Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke-4, dari 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001. Pada 30 Desember 1999, sekitar 2 bulan 10 hari setelah dilantik menjadi Presiden, Gus Dur berkunjung ke Papua, berdialog dengan berbagai elemen di Papua. Saat itu nama wilayah tersebut Irian Jaya, kemudian diganti Gus Dur menjadi Papua.

Lupa Semangat Toleransi 
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan di komplek pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Di area pondok itulah Khofifah mengingatkan tentang semangat toleransi dan multikulturalisme Gus Dur pada Jumat (29/12/2017) itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline