Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Spirit Menjaga Lingkungan dari Warga Bali

Diperbarui: 5 Agustus 2019   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada upacara Hari Kuningan di Pura Sakenan, Denpasar, warga diminta untuk tidak menggunakan kantong plastik sebagai wadah peralatan upacara. Ini bagian dari gerakan Bali melakukan diet kantong plastik. Tujuan pertama, untuk mengurangi sampah plastik di bumi Bali. Tujuan kedua, untuk bersama-sama merawat lingkungan kehidupan Bali. Foto: IDN Times/Irma Yudistirani

Bali tak pernah sepi dari inspirasi. Pada Minggu (04/08/2019) lalu, Wali Kota Denpasar memilih naik perahu jukung, dari Pantai Mertasari ke Pura Sakenan. Padahal, sang wali kota dan rombongan bisa ke pura itu dengan mobil, melintasi jalan raya. Pesan apa yang hendak ia sampaikan melalui simbol perahu jukung tersebut?

Pesan Leluhur, Pesan Lingkungan    

Ketika Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, naik perahu jukung ke Pura Sakenan, ia sesungguhnya tengah menyampaikan pesan. Tentunya, pesan yang sarat makna. Pertama, pesan dari para leluhur Bali. Kedua, pesan tentang cinta lingkungan. Itu yang saya pahami dari aktivitas sang wali kota dengan perahu jukung tersebut.

Begini. Kawasan yang menjadi lokasi Pura Sakenan, pada mulanya adalah sebuah pulau. Ya, Pura Sakenan yang dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-10 itu, dulu berada di sebuah pulau. Pulau Serangan, namanya. Ada juga yang menyebutnya sebagai Pulau Penyu. Luasnya sekitar 101 hektar dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari pantai bagian tenggara Pulau Bali.

Dulu, para leluhur Bali, bila hendak ke Pura Sakenan, ya naik perahu. Bahkan, berjalan kaki, ketika air laut sedang surut. Mereka melangkah beriringan melintasi pasir laut, membawa berbagai peralatan, tiap kali hendak mengadakan upacara di Pura Sakenan. Kebersamaan serta kebersatuan dengan alam tersebut, menjadi tradisi dari generasi ke generasi di Bali.

Kemudian, tahun 1997, tradisi berperahu serta melintasi pasir laut tersebut, tergerus. Kenapa? Karena, pada tahun itu, digelar proyek reklamasi. Pantai diuruk dengan bebatuan. Laut antara Pulau Bali dan Pulau Serangan pun diuruk. Maka menyatulah sebagian dari kedua pulau itu menjadi daratan. Jalan pun dibangun. Sepeda motor, mobil pribadi, bus, dan truk pun lalu-lalang.

Bukan hanya itu. Luas Pulau Serangan yang semula sekitar 101 hektar, diperluas dengan proyek reklamasi, menjadi 379 hektar. Ini adalah proyek reklamasi pertama di Bali. Mungkin sebagian warga tidak tahu atau sudah lupa tentang proyek reklamasi 22 tahun yang lalu itu. Namun, ada saja yang mengingatkan. Salah satunya, Gary Bencheghib, sineas muda asal New York, Amerika Serikat.

Gary Bencheghib tidak lahir di New York, tapi di Perancis. Ia pertama kali menginjakkan kaki di Bali, saat berusia 9 tahun. Kemudian, menginjak usia 15 tahun, Gary Bencheghib mendirikan organisasi yang ia namai Make a Change Bali. Misi utama organisasi tersebut adalah melindungi serta melestarikan lingkungan Bali. Melalui organisasi itu, ia mengedukasi warga dan membaur bersama komunitas lokal. Mereka bersama membangkitkan spirit untuk merawat lingkungan kehidupan Bali.

Bersama Mengingatkan, Bersama Menggerakkan 

Salah satu pengingat yang diciptakan Gary Bencheghib adalah film dokumenter berdurasi 40 menit. Secara keseluruhan, ada tiga episode. Nah, episode yang kedua berjudul Pulau Serangan. Di situ ia menggambarkan, betapa reklamasi tersebut telah mengubah drastis lanskap pulau dan kehidupan penduduk Serangan. Ia juga menampilkan, betapa reklamasi itu telah menghancurkan populasi penyu, bakau, dan terumbu karang.

Ketika pada Minggu (04/08/2019) lalu, Wali Kota Denpasar memilih naik perahu jukung ke Pura Sakenan, itu juga bagian dari pengingat. IB Rai Dharmawijaya Mantra berupaya mengingatkan publik tentang tradisi para leluhur Bali. Sekaligus mengingatkan, tradisi para leluhur bersahabat serta merawat lingkungan alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline