Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Sembako Murah di 50 Halte Transjakarta, Benarkah?

Diperbarui: 31 Mei 2017   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini rak sembako murah di halte Transjakarta Harmoni, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/5/2017). Yang belanja sembako bukan hanya ibu-ibu tapi juga bapak-bapak. Melihat animo warga yang belanja di sejumlah halte, ada peluang kios sembako murah ini dikembangkan lebih jauh, sebagai fasilitas baru dari Transjakarta untuk penumpang. Foto: isson khairul

Sembako murah di 50 halte Transjakarta. Beras lima kilogram Rp 45.000, gula pasir satu kilogram Rp 12.500, minyak goreng Rp 11.000 per liter, dan tepung terigu satu kilogram Rp 8.500. Adakah pedagang lain yang menjual di bawah harga tersebut?

Bila ada, kita sedang beruntung. Bila pedagang menjual di atas harga tersebut, lebih baik kita membelinya di halte Transjakarta terdekat. Kita akan mendapatkan barang yang bagus dengan harga yang bagus. Program sembako murah yang digulirkan Transjakarta sejak Jumat (26/5/2017) ini, salah satu tujuannya, adalah untuk menjadikan kita sebagai konsumen cerdas. Cerdas? Iya, dengan program ini, pedagang tidak bisa lagi seenaknya serta semaunya menetapkan harga. Jika mereka menjual di atas harga acuan, kita lebih baik membeli di tempat lain.

Harga Acuan, Harga Eceran Tertinggi

Harga yang disebutkan untuk sejumlah sembako di atas adalah harga acuan. Dalam istilah perdagangan, itulah yang disebut sebagai Harga Eceran Tertinggi (HET). Yang menetapkan HET adalah pemerintah, dalam hal ini Departemen Perdagangan. HET tersebut tidak ditetapkan secara sembarangan, tapi sudah memperhitungkan berbagai faktor. Antara lain, biaya produksi, biaya logistik, keuntungan distributor, dan keuntungan pengecer.

Jadi, sembako yang dijual di halte Transjakarta tersebut, tidak bisa juga kita sebut sebagai sembako murah. Kenapa? Karena, Transjakarta menjualnya kepada kita dengan HET. “Yang dipasang harga HET loh, bukan harga murah," ujar Budi Kaliwono, Direktur Utama PT Transjakarta, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, pada Senin (29/5/2017). Artinya, Transjakarta mendapatkan keuntungan dari transaksi sembako murah tersebut.

Budi Kaliwono, Direktur Utama Transjakarta, memantau rak sembako murah di halte Transjakarta Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Senin (29/5/2017). Penjualan berlangsung dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Perpanjangan waktu akan dilakukan, sesuai permintaan masyarakat. Netralnews/Adiel Manafe

Tapi, kenapa disebut sembako murah? Pertama, karena pedagang umumnya menjual barang-barang tersebut dengan harga di atas HET. Pedagang bukan hanya ingin untung, tapi ingin untung lebih. Kedua, Transjakarta hanya ingin untung, makanya barang-barang tersebut dijual sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah. Toh, dengan HET, sudah ada untung. Melalui mekanisme ini, kita sebagai konsumen bisa membeli sembako dengan harga di bawah harga yang ditetapkan para pedagang pada umumnya.

Pedagang Akan Dirugikan?

Tentu saja tidak. Karena, kalaupun pedagang menjual dengan harga yang sama dengan harga jual di halte Transjakarta, mereka tetap dapat untung. Bahkan, kalaupun Transjakarta dan pedagang menjual barang-barang tersebut di bawah HET, mereka tetap sama-sama untung. HET kan Harga Eceran Tertinggi. Nah, kenapa Transjakarta tidak menjual di bawah HET? Bukankah ini kesempatan untuk menolong warga, mumpung sedang Ramadan? Toh, Transjakarta tetap dapat untung, meski menjual di bawah HET.

Tidak, Transjakarta tidak akan menjual sembako di bawah HET. Budi Kaliwono menuturkan, penjualan sembako di halte Transjakarta selama Ramadan dan Idul Fitri, bukan bertujuan untuk menurunkan harga di pasaran. Tapi, untuk menjaga kestabilan harga. Juga, bukan untuk mematikan usaha pedagang. Tapi, untuk mengedukasi pedagang agar tidak jor-joran menaikkan harga, yang memberatkan konsumen.

Rak sembako murah di halte Transjakarta Dukuh Atas 1, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/5/2017). Di sini, pembelinya ibu-ibu tapi yang menjual bapak-bapak. Petugas ini menjembatani pembeli dengan transaksi cash. Ia kemudian menggunakan e-money miliknya untuk memasukkan transaksi cash tersebut ke dalam system, agar terdata secara online. Foto: isson khairul

Dengan kata lain, Transjakarta telah menciptakan instrumen agar perdagangan sembako selama Ramadan dan Idul Fitri berlangsung dalam kondisi persaingan yang sehat. Sikap untuk menjaga persaingan sehat ini patut kita apresiasi. Langsung maupun tak langsung, Transjakarta sesungguhnya telah turut mengedukasi kita menjadi konsumen yang cerdas. Hal ini bisa juga diadopsi serta diimplementasikan oleh institusi lain, sesuai dengan situasi-kondisi institusi yang bersangkutan.

Ngabuburit ke 4 Halte

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline