Long weekend. Berjuta keluarga berlibur bersama. Tapi, saya memilih ke luar kota. Berbagi tentang dunia tulis-menulis kepada 34 wanita. Kami belajar bersama, mengolah kata dengan rasa.
Ya, long weekend kemarin, saya berada di Cianjur, sekitar 3 jam berkendara dari Jakarta. Saya bersama tiga orang rekan –Thamrin Sonata, Tamita Wibisono, Arum Sato- dari Komunitas Kompasianer KutuBuku diundang untuk memberikan workshop literasi kepada 34 wanita, yang merupakan bagian dari Dharma Wanita Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Workshop ini terasa istimewa, karena dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, 21 April 2017.
Mengamati Kemudian Menggambarkan
Workshop itu diadakan di lantai dua di salah satu gedung Disdikbud, Jl. Perintis Kemerdekaan No.3, Sirnagalih, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gedung itu berada di atas perbukitan. Dan, aula lantai dua itu berdinding kaca, hingga kita sangat leluasa melepas pandang ke sekeliling. Pepohonan hijau tumbuh dengan lebatnya. Dengan kata lain, suasana hari itu sungguh mendukung, untuk aktivitas kreatif yang kami lakukan.
Salah satu topik yang kami diskusikan hari itu adalah tentang cara menuliskan apa yang dilihat. Dalam rumusan tulis-menulis, cara ini dikenal sebagai teknik deskripsi. Artinya, kita sebagai penulis, mendeskripsikan, menggambarkan dengan kata-kata, tentang suatu tempat atau suatu objek atau suatu situasi kepada pembaca. Untuk itu, kita tentulah harus mengamati serta mencermati apa yang hendak kita tuliskan.
Misalnya, kita hendak mendeskripsikan situasi di suatu rumah, ketika petugas kesehatan datang berkunjung. Dalam hal ini, kita perlu mengamati aktivitas penghuni rumah. Juga, mengamati situasi serta kondisi rumah, agar dalam deskripsi yang kita tulis, tercermin korelasi antara penghuni dan rumah yang mereka huni. Semakin detail pengamatan yang kita lakukan, tentulah akan semakin leluasa pula kita menuliskannya. Silakan simak contoh berikut:
Mengenal Kata, Menguasai Kata
Agar kita leluasa mendeskripsikan sesuatu, kita tentulah harus memiliki kosa kata yang lebih dari cukup. Bagaimana caranya? Kepada peserta saya kemukakan, salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan membaca. Ya, membaca. Tentu bukan membaca sambil lalu, tapi membaca dengan sungguh-sungguh. Baik bacaan berupa artikel di media, maupun bacaan berupa teks di buku. Dengan membaca sungguh-sungguh, besar kemungkinan perbendaharaan kata-kata kita akan bertambah.
Saya bercerita tentang kebiasaan HB Jassin, salah seorang tokoh sastra kita, dalam membaca. Ia selalu membawa bahan bacaan berupa buku dan media plus sebuah buku tulis dan pulpen, ke mana pun ia pergi. Jadi, ketika membaca dan ia menemukan ada kata-kata atau kalimat yang menarik perhatiannya, maka ia menuliskannya di buku tulis tersebut. Artinya, ia membaca dan juga menulis. Ini adalah bagian dari caranya menambah perbendaharaan kata-kata.
Cara yang dilakukan Pak Jassin ini mungkin bisa kita adopsi, disesuaikan dengan kebiasaan kita sehari-hari. Sebagai penulis, kita tentu tidak boleh kehabisan kata. Itu sama saja dengan mobil atau motor kehabisan bensin. Pasti akan mogok, tidak bisa jalan. Maka, banyak-banyaklah membaca dengan sungguh-sungguh, agar kita bisa menulis dengan lancar, tanpa mogok. Juga, agar kita tidak mengulang-ulang kata yang sama, yang membuat pembaca bosan. Silakan simak lanjutan deskripsi berikut:
Kombinasi Lihat serta Dengar