Di bandara Gewayantana Larantuka pada Rabu (18/5/2016) sore, Rizal Ramli disuguhi segelas arak khas Flores. ”Hmmm, ini jauh lebih enak dari anggur buatan Prancis,” ujar Rizal Ramli, setelah meneguk arak suguhan tokoh adat Larantuka tersebut.
Rizal Ramli kemudian menggenggam lengan sang tokoh adat, lalu menepuk-nepuk bahu tokoh yang dihormati di Larantuka itu. ”Kita bersaudara. Mari bersama-sama kita bangun pariwisata Flores, agar menjadi destinasi favorit dunia,” lanjut Rizal Ramli, yang dengan serta-merta disambut tepuk tangan puluhan pejabat penting Flores. Mereka menyongsong kedatangan Rizal Ramli, selaku Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya. Larantuka adalah ibu kota Kabupaten Flores Timur. Ini adalah salah satu dari 21 kabupaten dan 1 kotamadya yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Larantuka Titik Penting Flores
Larantuka dipilih sebagai tempat start Tour de Flores 2016, ajang balap sepeda internasional. Setidaknya, ada 200 atlet internasional, 20 atlet nasional, dan 10 atlet lokal yang menjadi peserta Tour de Flores 2016 ini. Ajang balap sepeda internasional ini, bukan hanya yang pertama bagi Nusa Tenggara Timur, tapi juga merupakan yang pertama bagi kawasan timur Indonesia. Karena itulah, dalam konteks kemaritiman serta pariwisata, Tour de Flores 2016 patut dicatat sebagai terobosan kreatif untuk membukakan mata publik dunia bahwa Nusa Tenggara Timur adalah destinasi istimewa.
Menko Rizal Ramli memaparkan keistimewaan tersebut pada Rabu (18/5/2016) malam, saat membuka Tour de Flores 2016. ”Larantuka pada abad ke-16 merupakan pusat penting bagi perubahan dan transformasi budaya di Flores,” ujar Rizal Ramli di Taman Kota Larantuka, yang menjadi tempat peresmian. Taman yang luas tersebut berada di bibir pantai, hingga debur ombak melatari optimisme yang ditebarkan Rizal Ramli kepada lebih dari 5.000 orang yang hadir malam itu. Ribuan hadirin tersebut bukan hanya warga Larantuka, tapi juga warga Flores umumnya, serta para pebalap dan wisatawan mancanegara.
Tepuk tangan tiada henti menggema, sebagai penanda optimisme. Menko Rizal Ramli serta para pejabat penting yang tampil malam itu, bicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dari hadirin, sesekali terdengar teriakan suka-cita dalam bahasa Larantuka. Dialek warga Larantuka nyaris mirip dengan gaya bicara orang Manado, yang intonasinya mengarah ke logat Ambon dan Papua. Saya yang berada di Taman Kota Larantuka malam itu, benar-benar merasakan, betapa keberagaman telah mewujud menjadi keindahan. Bauran kultural tersebut seakan menegaskan pernyataan Menko Rizal Ramli, bahwa Larantuka merupakan pusat penting bagi perubahan transformasi budaya di Flores.
Secara keseluruhan, ada 13 etnik yang mewarnai kehidupan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dan, tiap etnik memiliki dialek masing-masing dalam berkomunikasi. Meski demikian, hampir semua orang di provinsi tersebut paham akan gaya bicara orang Larantuka. Bahkan, di manapun kita berada di Flores, kita akan mendengar orang-orang bicara dengan dialek Larantuka. Maka, tepatlah Larantuka dipilih sebagai tempat start Tour de Flores 2016, yang berlangsung Kamis-Senin (19-23/5/2016). Tour de Flores 2016 menempuh jarak sepanjang 661,5 kilometer, dalam 5 etape: Larantuka-Maumere (138,8 km), Maumera-Ende (141,3 km), Ende-Bajawa (123,3 km), Bajawa-Ruteng (136,6 km), dan Ruteng-Labuan Bajo (121,5 km).
Beautiful Land, Sport Tourism
Di Provinsi NTT, ada 1.192 pulau besar dan kecil, yang di antara pulau-pulau tersebut membentang selat-selat yang leluasa untuk disusuri. Pulaunya indah, lautnya mempesona. “Welcome to Flores. This is very beautiful land, hidden beauty. You can see, sea boulevard,” ungkap Menko Rizal Ramli dengan nada suara yang menggetarkan. Para pebalap internasional bersorak riang. Sebagian bahkan berdiri dari tempat duduk mereka untuk memberikan applause. Tim kerja dari The Union Cycliste Internationale (UCI) berdiri, kemudian melambaikan tangan dari tempat duduk undangan ke arah Menko Rizal Ramli yang bicara di panggung.
Peresmian Tour de Flores 2016 pada Rabu (18/5/2016) malam itu, bukan hanya kental dengan suasana etnik, tapi semarak dengan atmosfir internasional. Angin malam dari laut bertiup. Kain tenun Flores yang khas, melingkari leher para pebalap, menyatu dengan warna kulit mereka yang beragam. Bahkan, sejak sore, para pebalap dari berbagai negara yang sudah hadir di Taman Kota Larantuka, asyik berfoto-foto dengan latar belakang pantai dan pulau. Para journalist dari mancanegara juga tidak kalah sibuknya. Mereka, selain mengabadikan suasana, juga betah memotret kapal-kapal yang melintasi selat Flores.
Dalam kerangka maritim dan pariwisata, kita sudah sepatutnya menyikapi Tour de Flores 2016 ini secara menyeluruh. Agenda pentingnya memang balap sepeda internasional. Tapi, sesungguhnya, ini merupakan kampanye besar, publikasi besar pariwisata Flores ke ranah global. Sebagaimana disimpulkan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, “Sport tourism sangat efektif sebagai sarana untuk mempromosikan daerah tujuan wisata, agar lebih dikenal ke mancanegara. Banyak event sport tourism internasional, seperti Olimpiade, World Cup, maupun MotoGP, diperebutkan banyak negara untuk menjadi penyelenggara. Kenapa? Karena, memberikan nilai tambah ekonomi maupun publikasi.”