Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Susur Kebun Teh Malabar, Bersama Best Western Premier La Grande Hotel Bandung

Diperbarui: 24 Februari 2016   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Peserta susur kebun teh Malabar dengan suka-cita menikmati hamparan hijau alam terbuka. Perkebunan ini terletak di ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 16-26 derajat Celcius. Kebun teh yang diwariskan Karel Albert Rudolf Bosscha tersebut, kini dikelola PT Perkebunan Nusantara VIII. Luas kebun ini mencapai 2.022 hektar, yang sejauh mata memandang ya yang nampak adalah hamparan daun teh. Foto: isson khairul"][/caption]Kini, ada 473 hotel di Bandung, dengan total kamar sebanyak 26.000 unit. Juga, ada sekitar 30 hotel baru yang sedang dibangun. Akhir 2016, diperkirakan jumlah hotel di Bandung menjadi 500 hotel, dengan total sekitar 30.000 kamar. Apa kiat Best Western Premier La Grande Hotel Bandung menghadapi persaingan?

Kita bisa mulai dengan menatap sosok Komang Artana, General Manajer Best Western Premier La Grande Hotel. Ia baru sembilan bulan berada di Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, ia menjalani karir di bidang perhotelan di Bali dan Batam. “Behavior tamu hotel di tiap kota pada dasarnya sama: mereka membutuhkan pelayanan. Yang membedakannya adalah sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,” ujar Komang Artana, pada Sabtu (20/2/2016) malam, di restaurant Parc de Ville, di lantai tiga Best Western Premier. Malam itu, ia mengenakan kemeja putih dan baru saja pulang dari menghadiri resepsi perkawinan seorang kerabat di Bandung.

[caption caption="Yang pakai topi itu adalah pencicip teh handal dari pabrik pengolah teh Malabar. Ia dengan pengetahuan yang dalam dan detail, menjelaskan tentang karakteristik teh putih dan teh hitam. Ia juga menunjukkan warna teh setelah diseduh, dari beberapa jenis teh, sebagaimana nampak pada sejumlah cangkir di atas. Nambah pengetahuan sembari berwisata, itulah intinya. Foto: isson khairul"]

[/caption]Menggalang Relasi dengan Warga    

Hadir dalam sebuah resepsi perkawinan, yang tentu saja sebagian besar yang hadir adalah warga lokal, adalah bagian dari cara Komang Artana memahami behavior warga setempat. Di resepsi tersebut, ia berinteraksi dengan para undangan yang lain. Saling bertukar kartu nama, juga saling berbagi nomor kontak. Dalam komunikasi tatap muka itulah Komang Artana memperkenalkan diri, juga memperkenalkan Best Western Premier. Maka, dalam tempo yang tidak terlalu lama, jumlah relasinya di Bandung, sudah lumayan. Relasi tersebut ia pererat dengan komunikasi melalui media sosial, Facebook dan WhatsApp.

Melalui relasi itu pula, ia terhubung dengan salah satu komunitas penggemar sepeda. Nah, dengan komunitas sepeda itulah Komang Artana suatu hari meng-gowes sepeda dari Bandung ke perkebunan teh Malabar. Kebun teh itu berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Secara jarak, kebun itu sekitar 50 kilometer dari Bandung. Di sana, ia berkenalan dengan beberapa pengelola perkebunan, juga dengan pengelola pabrik pengolah teh. Kebun dan pabrik teh ini dirintis dan didirikan oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, sejak tahun 1894. Artinya, tempat ini sarat dengan sejarah dan memiliki value sebagai destinasi wisata.

[caption caption="Sejumlah cangkir ini berisi teh premium yang sudah diseduh dan siap diminum. Rasa teh ini sangat berbeda dengan teh yang kita minum sehari-hari. Baik dari sisi aroma, maupun dari aspek kekuatan rasanya. Warnanya bagus, aromanya kuat, rasanya lama melekat di rongga mulut. Dalam satu momen blind test di Jepang beberapa waktu lalu, teh hijau Indonesia menjadi juara. Foto: isson khairul"]

[/caption]Komang Artana kemudian merancang paket wisata untuk tamu Best Western Premier ke Malabar. Ia tahu bahwa sebagian besar tujuan wisatawan ke Bandung adalah untuk shopping. Tapi, ia ingin merintis sebuah destinasi alternatif. Untuk itu, ia merancang paket lengkap: menyaksikan secara langsung step by step produksi teh, proses pengujian cita-rasa teh, menyusuri kebun teh, melihat pohon teh tua yang sudah berusia 200 tahun, menziarahi makam Karel Albert Rudolf Bosscha, dan santap siang bersama di rumah peninggalan Bosscha, yang berada di tengah kebun teh.

Di tiap step tersebut, tamu Best Western Premier didampingi pemandu yang kompeten, yang merupakan pengelola kebun teh setempat. Dengan demikian, perjalanan ke Malabar bukan sekadar memandangi kebun, tapi ada unsur knowledge tentang teh. Ada pengetahuan tentang jenis-jenis teh, teknik pengujian teh, bahkan tamu Best Western Premier berkesempatan mencicipi teh premium. Rintisan yang dilakukan Komang Artana untuk tamu Best Western Premier ke Malabar tersebut, sudah sepatutnya kita apresiasi. Ia bukan saja telah menciptakan alternatif destinasi, tapi Best Western Premier telah memberikan pengayaan pengetahuan tentang salah satu komoditas perkebunan penting di negeri ini kepada wisatawan.

[caption caption="Komang Artana, nomor tiga dari kiri. General Manajer Best Western Premier La Grande Hotel ini bersama-sama siap menyeruput teh premium di pabrik pengolahan teh Malabar. Ini adalah nilai tambah yang diberikan Best Western Premier kepada para tamu. Bukan hanya menikmati pemandangan yang menakjubkan, bukan hanya melihat secara langsung proses pengolahan teh, tapi sekaligus mencicipi cita-rasa teh kelas premium dengan penuh suka-cita. Foto: isson khairul"]

[/caption]Diplomasi Kuliner di Car Free Day

Best Western Premier La Grande Hotel berada di tengah kota, di jantung Bandung. Tepatnya, di Jl. Merdeka Nomor 25-29, hanya beberapa langkah dari Bandung Indah Plaza (BIP). Sementara, area car free day meliputi kawasan Jl. Dago, Jl. Layang Pasupati, Dago Atas, pertigaan Jl. Ir. H. Juanda, dan Jl. Dayang Sumbi. Tiap hari Minggu, dari pukul 06.00 hingga pukul 10.00 WIB, kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya ramai dikunjungi warga dengan beragam aktivitas. Komang Artana merespon keramaian car free day tersebut dengan membawa makanan dan minuman ke sana.

Warga diberi kesempatan untuk mencicipi kuliner ala Best Western Premier. Melalui diplomasi kuliner tersebut, Komang Artana memperkenalkan diri, juga mengenalkan layanan Best Western Premier kepada warga. Kita tahu, Best Western Premier baru hadir di Bandung sejak 1 Desember 2015. Hotel bintang empat dengan 15 lantai dan 193 kamar ini, tentulah perlu menyosialisasikan diri kepada sebanyak mungkin warga. Momentum keramaian car free day tersebut, dikelola Komang Artana dengan sungguh-sungguh. Ia menyiapkan tim serta perangkat pendukung secara seksama.

[caption caption="Teh yang sudah diproses, sudah di-packing, siap dipasarkan. Berdasarkan data dari Dewan Teh Indonesia, produksi teh Indonesia di kisaran 120.000 ton per tahun. Secara ekspor, Indonesia menempati peringkat kesembilan di dunia. Sayangnya, teh yang berkualitas ini, mayoritas diekspor dalam wujud gelondongan. Pihak luar negeri yang kemudian mengemas, dengan brand mereka. Ini tentu tantangan tersendiri dalam perdagangan teh, secara nasional maupun internasional. Foto: isson khairul"]

[/caption]Komang Artana paham, Bandung sangat kaya dengan beragam kuliner. Dari waktu ke waktu, berbagai kuliner olahan baru, terus bermunculan. Dan, warga menyambutnya dengan antusias. Karena itulah, Komang Artana sejak awal menjadi General Manajer Best Western Premier La Grande Hotel, merekrut chef handal, yang ia kenal track record-nya semasa berkarir di Batam. Kepada sang chef, ia percayakan restaurant Parc de Ville, yang berada di lantai tiga Best Western Premier tersebut. ”Saya ingin menu pilihan di Parc de Ville menjadi salah satu keunggulan penting Best Western Premier,” ungkap Komang Artana dengan antusias.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline