Anak-anak Teater Tanah Air terus berlatih, tiap minggu. Dari sinilah mereka menjelajah panggung festival teater anak sedunia, hingga sukses meraih penghargaan internasional. Jumat, 4 Desember 2015, Teater Tanah Air akan memanggungkan Lautan Merah Putih di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat. Ada dua kali pertunjukan: pukul 14.00 WIB dan 16.30 WIB. Naskah ditulis oleh budayawan Putu Wijaya dan disutradarai Jose Rizal Manua. Foto: isson khairul
Anak-anak tetaplah anak-anak. Main kejar-kejaran saat upacara bendera. Juga, menari sembari tertawa-tawa. Mereka berimajinasi secara leluasa. Lalu, apa maknanya selembar bendera?
Jawaban atas pertanyaan itulah yang dikemas Jose Rizal Manua, menjadi tontonan segar. Menghibur sekaligus mendidik. Ada sekitar 60 anak, dengan rentang usia 6-14 tahun, yang membawakan tontonan ini. Mereka, dengan imajinasi masing-masing, menunjukkan kepada kita, betapa anak-anak memiliki cara yang khas untuk menggugah kita, tentang makna berbangsa serta bernegara.
Pantang Menyerah untuk Mendunia
Ke-60 anak-anak itu adalah anak asuhan Jose Rizal Manua di Teater Tanah Air, Jakarta. Sejak bulan Maret lalu, mereka telah berlatih tiap minggu, karena rencananya tontonan Lautan Merah Putih tersebut, akan mereka mainkan pada 17 Agustus 2015, menyambut Proklamasi Kemerdekaan. Tapi, apa hendak dikata, belum ada pihak yang berminat mensponsori tontonan itu. Berhentikah mereka berlatih? “Tidak. Kami tetap latihan tiap minggu. Bukankah spirit bendera Merah Putih adalah spirit pantang menyerah?” ujar Jose Rizal Manua balik bertanya, saat mereka latihan di emperan Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Minggu, 22 November 2015, lalu.
Teater Tanah Air memang sejak dulu selalu latihan di emperan, di ruang publik yang terbuka. “Sejak didirikan 14 September 1988, Teater Tanah Air adalah teater kehidupan, sebagai ranah pendidikan untuk anak-anak,” ungkap Jose Rizal Manua. Dari emperan itulah, Teater Tanah Air berlatih menanamkan sendi-sendi kehidupan berteater kepada anak-anak. Ada kalanya juga, mereka latihan di area parkiran, masih dalam kawasan TIM. Kadangkala, mereka latihan di pinggir kali, di belakang TIM.
Dan, dari emperan itu pulalah, mereka berhasil tampil di berbagai festival teater anak-anak sedunia, hingga mereka sukses meraih penghargaan internasional, antara lain: The Best Performance pada The Asia-Pacific Festival of Children’s Theatre di Toyama-Jepang, tahun 2004, The Best Performance pada 9Th World Festival of Children’s Theatre di Lingen (Ems)-Jerman, tahun 2006, The Best Performance pada 10Th World Festival of Children’s Theatre di Moscow-Rusia, tahun 2008, serta The Best Performance pada International Children’s Festival of Performing Arts di New Delhi-India, tahun 2013.
Pada Jumat, 4 Desember 2015, Teater Tanah Air akan memanggungkan Lautan Merah Putih di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat. Ada dua kali pertunjukan: pukul 14.00 WIB dan 16.30 WIB. Naskah pertunjukan ini ditulis oleh budayawan Putu Wijaya. Pementasan ini didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Pusat Kesenian Jakarta (PKJ). Dalam konteks pendidikan anak-anak melalui teater, bila ada pihak yang hendak berpartisipasi, silakan menghubungi Teater Tanah Air di Whatsapp 0811-1683-614.
Jose Rizal Manua sebagai pengasuh, pembimbing, dan pembina Teater Tanah Air, dengan telaten mendampingi anak-anak asuhannya. Ia lebih dari seorang guru, yang senantiasa memberi ruang kreatif, hingga anak-anak tersebut leluasa mengembangkan kreativitas mereka. Melalui teater, ia mendidik anak-anak untuk menemukan jati diri mereka, agar mereka memiliki rasa percaya diri mengarungi kehidupan ini. Guntingan berita di atas, dari Harian Kompas, edisi Minggu, 18 Oktober 2015. Foto: isson khairul
Teater Penting Bagi Pendidikan
Kita tahu, di Teater Tanah Air, Jose Rizal Manua, sesungguhnya adalah seorang pendidik. Ia menempatkan dirinya sebagai guru kehidupan, yang mewadahi serta mengakomodir imajinasi anak-anak. Harian Kompas menyebutnya sebagai magma teater anak Indonesia[1]. Julukan tersebut, bukanlah hal yang berlebihan. Karena, sejak 14 September 1988, melalui Teater Tanah Air, Jose Rizal Manua tiada henti mengembangkan kreativitas anak-anak melalui teater. Anak-anak usia 6-14 tahun, ia ayomi dengan sepenuh hati. Ia bawa untuk menjelajah panggung-panggung festival teater kelas dunia.