[caption id="attachment_349104" align="aligncenter" width="683" caption="Di usia mereka yang sudah 70-an tahun, Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, masih gesit melanglangbuana ke pelosok negeri serta ke berbagai belahan dunia. Di Kompasiana, mereka berbagi bahagia dan spirit hidup. Sebagian tulisan mereka sudah diterbitkan dalam buku Beranda Rasa dan Penjaga Rasa. Contoh kongkrit, usia bukan halangan untuk terus berkarya serta menginspirasi orang banyak melalui tulisan. Foto: dok. thamrin sonata"][/caption]
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Pak Tjip adalah kita dan Bu Tjip bagian dari kita. Thamrin Sonata kemudian menyatukan mereka dalam dua buku: Beranda Rasa dan Penjaga Rasa. Inilah hakekat Kompasiana yang sesungguhnya: menjadi wadah kreativitas menulis, sekaligus memacu spirit untuk berkreasi bersama-sama.
Menulis memang aktivitas individual, yang memungkinkan tiap penulis leluasa memilih sudut pandang yang diinginkan. Karena itulah, suatu topik bisa ditulis puluhan, bahkan ratusan Kompasianer, dengan beragam sudut pandang. Juga, dengan aneka ragam style penulisan. Ini tentu saja menggembirakan, karena keberadaan Kompasiana telah turut menjaga serta merawat keberagaman.
Membidik Celah Kreativitas
Pak Tjip, sebagaimana kita kenal, adalah Tjiptadinata Effendi. Rentetan tulisannya di Kompasiana, pada dasarnya sudah mencerminkan keragaman. Kisah hidupnya yang sangat panjang serta pergulatan kesehariannya yang mencengangkan, telah menjadi gumpalan inspirasi yang mengagumkan. Barangkali, banyak orang yang juga telah mengalami pergulatan hidup melebihi Pak Tjip, tapi hanya segelintir yang menuliskannya.
Demikian pula halnya dengan Kompasianer. Sangat banyak Kompasianer yang telah membaca kisah hidup Pak Tjip. Banyak yang terkagum-kagum, juga banyak yang tercengang. Banyak pula yang telah menetapkan tekad dalam hati, ingin produktif menulis seperti Pak Tjip. Tekad yang positif tentunya dan ruang Kompasiana sangat memungkinkan untuk mewujudkan tekad tersebut.
Tapi, Thamrin Sonata melihat celah yang lain, yang berbeda dengan sudut pandang Kompasianer yang lain. Ia terinspirasi untuk membukukan sejumlah tulisan Pak Tjip. Karena Thamrin adalah salah seorang Kompasianer yang tekun mengikuti tulisan-tulisan Pak Tjip, maka ia leluasa mengkategorikan, berdasarkan tema yang ia inginkan dari 923 tulisan Pak Tjip di Kompasiana.
Jumlah 923 tulisan itu, tertera di laman Kompasiana Pak Tjip, saat tulisan ini ditulis. Pak Tjip sendiri menjadi Kompasianer sejak 15 Oktober 2012. Rentang waktu dan jumlah tulisan itu, sesungguhnya sudah cukup menggambarkan tingkat produktivitas Pak Tjip dalam menulis. Banyaknya tulisan serta luasnya keragaman dari tulisan Pak Tjip, tentu bukan hal yang mudah untuk memilih tema yang tepat untuk dibukukan.
Thamrin Sonata terbantu oleh ketekunannya mengikuti tulisan Pak Tjip selama ini. Maka, terbitlah Beranda Rasa pada 22 November 2014, bertepatan dengan digelarnya ajang Kompasianival 2014 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dalam hitungan pekan, pada Januari 2015, Beranda Rasa sudah dicetak ulang, memasuki cetakan kedua.
[caption id="attachment_349105" align="aligncenter" width="683" caption="Pak Tjip dan Bu Tjip mengapit karangan bunga yang mereka kirimkan untuk menyemarakkan Kompasianival 2014 di TMII. Thamrin Sonata (berbaju merah) senantiasa mendampingi. Foto kanan: Pak Tjip dan Bu Tjip bersama dua Kompasianer, Maria Margaretha dan Rifki Feriandi. Foto: dok. thamrin sonata"]
[/caption]