Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kenapa Harus Hemat Energi? Realitas di Hulu Migas

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14240636441660930558

[caption id="attachment_351380" align="aligncenter" width="720" caption="Butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk mendapatkan minyak dan gas di perut bumi. Butuh investasi triliunan rupiah untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kandungan migas. Karena itulah, energi harus dihemat. Karena itu pulalah SKK Migas mengelola para investor agar kandungan minyak dan gas yang ditemukan, memberi manfaat pada kemajuan negeri ini. Foto: kompas.com"][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Karena, ketersediaan minyak dan gas (Migas), yang menjadi sumber energi, terbatas. Karena, untuk mendapatkan Migas dalam perut bumi, perlu investasi yang mahal serta butuh waktu yang lama. Realitasnya, kebutuhan energi meningkat pesat, sementara ketersediaan Migas cenderung menurun. Bagaimana menyiasatinya?

Itulah yang didiskusikan 50 lebih Kompasianer dengan Rudianto Rimbono, Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dan Joang Laksanto, Vice President Development & Relations ConocoPhillips, sejak pagi hingga siang pada Sabtu (14/2/2015) di Pisa Kafe, Jl. Mahakam, Jakarta Selatan.

Diskusi ini memang bukan ditujukan untuk mencetak para Kompasianer menjadi ahli Migas, tapi untuk menambah pemahaman tentang realitas di area hulu Migas. Karena itulah, diskusi Kompasiana Nangkring tersebut dikemas dalam tema Membedah Industri Hulu Migas. Kenapa hulu? Karena, di area hulu Migas inilah proses awal pencarian atau eksplorasi sumber Migas serta proses pengambilan atau eksploitasi Migas dari perut bumi berlangsung.

Hulu Migas, Sumber Migas

Makna dasar dari hulu adalah permulaan, pangkal, dan awal. Dalam konteks ini, SKK Migas adalah institusi yang berada di hulu seluruh aktivitas industri Migas. Secara operasional, SKK Migas bertugas sebagai pengawas dan pengendali usaha hulu minyak dan gas di Indonesia, sejak dari eksplorasi hingga eksploitasi.

Sebelum memasuki tahap eksplorasi dan eksploitasi, SKK Migas menyelenggarakan tender bagi perusahaan yang hendak melakukan kegiatan usaha di hulu Migas. Inilah titik-awal di industri Migas, yang sangat penuh resiko. Karena, membutuhkan modal yang sangat besar, juga memakan waktu yang sangat lama.

Kilang gas alam cair Tangguh, misalnya. Kilang ini berada di Teluk Bintuni, di leher kepala burung Papua. Area kilang tersebut meliputi 400 hektar, dikelilingi hutan negara seluas 3.300 hektar. Setelah melakukan eksplorasi yang cukup lama, akhirnya ditemukan kandungan Migas di sana. Sejak ditemukan adanya kandungan Migas tahun 1990, kilang Tangguh tersebut baru mulai menghasilkan gas tahun 2006.

Ya, memakan waktu sekitar 16 tahun lamanya proses eksplorasi dan eksploitasi, hingga kilang Tangguh menghasilkan gas. Pembangunan kilang tersebut menghabiskan dana USD 5 miliar, dengan dana pembangunan fasilitas senilai USD 2,1 miliar. Bila ditotal, dana yang diinvestasikan kilang Tangguh sekitar USD 7 miliar, yang kalau dikurskan dengan kurs Rp 12.500,- menjadi Rp 87,500,000,000,000,-

Waktu 16 tahun dan dana Rp 87,500,000,000,000,- tentulah bukan sesuatu yang mudah dan murah. Tangguh ini dikelola oleh perusahaan gas asal Inggris, British Petroleum (BP). Itulah salah satu contoh industri di hulu Migas, yang dengan jelas menunjukkan, betapa dibutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit untuk mendapatkan Migas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline