sekali waktu hentikanlah sejenak hiruk-pikukmu
agar kau bisa rasakan apa yang ibu rasakan
aku terdiam, bersandar di dinding dekat ibu, sementara ibu masih mengenakan mukena, masih duduk di sajadah, masih mengurut tasbih satu per satu dengan bibir gurimimkan zikir, dengan pandangan lurus ke depan
dulu ibu antar kau ke sekolah
agar kau mengerti salah dan benar
ibu tuntun kau ke masjid
agar kau paham arti surga dan neraka
pikiranku menerawang jauh ke masa kanak-kanak, ke masa yang tak sepenuhnya bisa kuingat, tapi sungguh kusadari betapa ibu nyaris tak pernah tak ada waktu untukku, bahkan berkali-kali ia cuti untuk merawatku yang berkali-kali jatuh sakit
ibu selalu ingin menebus rasa bersalah padamu
karena tatkala kau lahir, ibu jatuh sakit
air susu ibu berhenti mengalir
tak cukup untuk memenuhi kebutuhanmu
aku pun didera rasa bersalah, pernah berhari-hari lari dari rumah tanpa kabar, meninggalkan ibu dengan penuh tanda tanya, dan kini aku rebahan di sajadah ibu, di hadapan ibu, setelah bertahun meninggalkan masa kanak-kanakku
tak ada yang bisa menolong kita
selain shalat dan puasa kita
hanya amalan kita tempat kita bertumpu
hanya amalan yang sungguh-sungguh milik kita
aku terlelap di sajadah ibu
aku letih
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 14 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H