Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Cerpen | Sadar Bencana

Diperbarui: 10 Juni 2017   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: isson khairul

Bencana tak pernah kita duga. Datang tiba-tiba lantas memporak-porandakan segalanya. Kita yang bermukim di lokasi rawan bencana, tak tahu, kapan bencana itu tiba. Di tempat lain, sudah berkali-kali terjadi. Sudah banyak korban. Kita barangkali menanti giliran. Aku cemas. Kamu pun risau. Namun, apa hendak dikata, kita sudah bertahun bermukim di sini. Sumber penghidupan kita ya di sini, di lereng pegunungan ini.

Aku pernah berpikir untuk pindah dari sini. Tapi, ke mana? Kita tidak punya uang untuk membeli lahan perladangan. Bahkan, untuk menyewa lahan pun, kita tak punya cukup dana. Maka, dengan segala risiko, kita jalani hidup di pegunungan ini. Waktu ternyata cukup ampuh untuk mengenyahkan cemas. Kita menjalani hari-hari, sebagaimana layaknya orang lain di tempat lain. Nyaris tanpa cemas, tanpa rasa takut.

Terkadang, menjelang tidur, engkau bergumam: bagaimana ya kalau gunung ini meletus? Akan seperti apa nasib kita? Masih sempatkah kita menyelamatkan diri? Aku memelukmu untuk meredam gelisah, meski aku sendiri sesungguhnya gundah. Pertanyaanmu adalah juga pertanyaanku. Gelisahmu adalah juga gundahku. Barangkali para peladang yang lain juga merasakan hal yang sama dengan kita.

Kemarin, aku berpapasan dengan Pak Topo di pasar yang ada di kaki gunung. Ia bercerita, banyak orang pintar yang punya perhatian akan gunung yang kita tinggali ini. Mereka dengan peralatan canggih mengamati gunung ini secara terus-menerus. Katanya, gunung ini adalah gunung api, yang sewaktu-waktu bisa meletus. Tapi, entah kapan. Ia pun tidak bisa memastikan. Puluhan tahun yang lalu, gunung ini memang pernah meletus. Sudah lama sekali, bahkan ketika itu aku pun belum lahir.

Aku pikir, gunung kalau sudah meletus ya sudah, tidak akan meletus lagi. Tapi, menurut Pak Topo, tidak demikian. Gunung ini katanya masih aktif, masih ada kemungkinan akan meletus lagi. Karena itulah orang-orang pintar terus memantau aktivitas gunung ini. Bukan dengan mata kepala seperti kita melihat gunung, tapi dengan alat-alat yang canggih, yang aku sendiri belum pernah melihatnya. Kata Pak Topo peralatan mereka benar-benar canggih.

Mendengar keterangan Pak Topo, aku ya cemas. Bagaimana tidak cemas. Ia yang punya peralatan canggih saja belum tahu kapan gunung ini akan meletus, apalagi aku. Namun, ia justru mengingatkan agar aku tidak cemas, tapi waspada. Ya, waspada. Apa yang mesti diwaspadai? Pak Topo bilang, ada tanda-tanda yang bisa diketahui, sebelum sebuah gunung akan meletus.

Ia berpesan agar kita selalu mendengarkan radio. Dengan mendengarkan radio secara teratur, itu artinya kita waspada. Katanya, di radio ada sandiwara Asmara di Tengah Bencana. Nah, melalui sandiwara itulah kita yang tinggal di lereng-lereng gunung akan diberitahu tentang aktivitas gunung yang kita diami. Kalau gunung ini mulai berulah, melalui radio itu, kita akan diberi tahu agar segera mengungsi. Artinya, kita akan diselamatkan sebelum bencana benar-benar terjadi.

Kata Pak Topo lagi, sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana itu tujuannya ya untuk menyadarkan kita akan datangnya bencana. Dengan pemberitahuan lebih awal melalui radio itu, kita yang tinggal di pegunungan bisa mengetahui tanda-tanda bahaya. Yang memberi tahu ya orang-orang pintar itu. Mereka yang ahli tentang gunung api. Mereka yang paham tentang tanda-tanda bahaya, sebelum bencana itu tiba.

Pak Topo hebat. Ia tidak menakut-nakuti kita, tapi menyadarkan kita agar selalu waspada, teratur mendengarkan sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana. Ini salah satu jalan agar kita bisa menyelamatkan diri, sebelum bencana tiba. Selain itu, ya kita harus selalu berdoa pada-Nya agar senantiasa terhindar dari bencana.

isson khairul –dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 10 Juni 2017  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline