Masa remaja merupakan sebuah masa dimana transisi dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja memiliki perubahan dimana mereka mulai bisa berpendapat, mereka mudah dipengaruhi teman, dan mulai memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Selain mempunyai perubahan fisik, remaja pula dapat mengalami perubahan psikologis, menurut jahja (2011) remaja mengalami peningkatan emosional yang cepat , dan dikenal sebagai masa storm and stress. Peningkatan emosional tersebut merupakan akibat dari perubahan fisik pada remaja.
Pendidikan adalah suatu pondasi dalam kehidupan manusia yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Tujuan utama dari pelaksanaan pendidikan ini ialah untuk mengembanhkan potensi, sehingga manusia siap untuk menghadapi segala kehidupan yang akan datang. Pendidikan ini sangat berpengaruh penting untuk masa depan diri sendiri, pula untuk masa depan Negara. Melalui pendidikan, sesorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam usaha menyesuaikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang dari ke waktu berkembang pesat. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Pendidikan menjadi tolak ukur sebagai peningkatan taraf hidup warga masyarakat dalam sebuah generasi. Ketidakmerataan persebaran tenaga pendidik, sebetulnya telah diberikan suatu upaya oleh pemerintah dalam mengatasi problematika hal tersebut. Ditambah lagi dengan keberadaan sarana prasarana pendidikan, tenaga pendidik beserta infrastruktur sekolah akan menjadi kunci timbulnya masalah yang akan mempengaruhi mutu Pendidikan. Pada dasarnya, pemerintah sudah memberukan perhatian pada dunia pendidikan di berbagai aspek, mulai dari tenaga pendidik, kurikulum serta sarana prasarana yang mendukung proses pembelajaran.
Dalam aspek psikologi anak di sekolah, sarana prasarana sangat mempengaruhi ketertarikan anak dalam semangat belajar. Dengan tidak terlaksananya sarana prasarana yang disediakan, maka akan sangat mempengaruhi siswa. Fenomena pendidikan yang hingga sekarang masih terjadi, adalah banyaknya anak yang putus sekolah, karena jarak tempuh sekolah yang sangat jauh dari rumah, yang mana akan mempengaruhi akademik siswa. Perspektif psikologi memberikan wawasan mendalam tentang bagaiman pengaruh jarak yang jauh mempengaruhi siswa secara psikologis, dan dampaknya terhadap prestasi akademik siswa.
Pendidikan adalah elemen kunci dalam perkembangan dan masa depan anak-anak. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik anak adalah jarak sekolah yang harus mereka tempuh setiap hari. Pengaruh jarak sekolah yang jauh terhadap prestasi akademik anak dapat dilihat dari beberapa aspek psikologis, fisik, dan sosial. Jarak adalah ruang sela yang ditempuh antara satu tempat dengan tempat yang lain. Tempat tingga adalah keberadaan siswa bernaung atau tinggal di sebuah rumah. Dalam mengatasi jarak yang jauh ditempuh oleh siswa ke sekolah dengan rentan waktu yang tidak panjang, banyak siswa yang menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum apalagi dengan jarak yang ditempuh cukup jauh.
Di MTs Al-Manar Lamone, dikatan oleh Musdalifah K, S.Pd. ada beberapa kendala yangs ering dihadapi oleh siswa dalam perjalanan ke sekolah, seperti hujan dan kurangnya alat transfortasi. Ketika hujan turun, maka rata-rata siswa datang terlambat karena jarak yang cukup jauh dari sekolah dan rata-rata siswa tidak memiliki kendaraan sehingga mereka ke sekolah harus berjalan kaki, namun siswa tetap datang ke sekolah karena ingin belajar, namun tidak semua yang datang terlambat ketika hujan, bahkan banyak siswa yang memilih datang dengan hujan-hujan.
Hal-hal yang akan datang jika anak sudah merasa terganggu dengan psikologis dalam jarak tempuh yang jauh:
1. Stres dan Kelelahan: Jarak sekolah yang jauh seringkali berarti anak-anak harus menghadapi perjalanan yang lebih panjang, yang dapat menyebabkan stres dan kelelahan. Mereka mungkin harus bangun lebih awal atau pulang lebih larut, yang dapat mengganggu pola tidur dan energi mereka. Stres dan kelelahan ini dapat memengaruhi konsentrasi dan fokus anak di sekolah.
2. Waktu Perjalanan yang Terbuang: Perjalanan jauh ke sekolah juga dapat menghabiskan banyak waktu anak. Waktu yang dihabiskan untuk perjalanan bisa digunakan untuk belajar atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Hal ini dapat berdampak negatif pada alokasi waktu anak untuk tugas-tugas sekolah dan pekerjaan rumah.
3. Keterbatasan Aktivitas Ekstrakurikuler: Anak-anak yang harus menempuh jarak sekolah yang jauh mungkin memiliki keterbatasan dalam berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler atau olahraga di sekolah. Ini bisa mengurangi peluang mereka untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan lain yang dapat mendukung prestasi akademik.
4. Isolasi Sosial: Perjalanan jauh ke sekolah dapat menghasilkan isolasi sosial karena anak-anak mungkin kurang memiliki waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam sekolah. Interaksi sosial adalah penting dalam perkembangan anak-anak, dan isolasi ini dapat berdampak negatif pada aspek sosial mereka.