Cacing seringkali dianggap sebagai binatang yang menggelikan bagi sebagian orang, bahkan tak jarang orang akan merasa jijik ketika mendengar namanya. Namun berbeda dengan ayah dari empat orang anak asal Desa Sananrejo Kecamatan Turen Kabupaten Malang yakni Suhartono (56) atau yang biasa dipanggil pak Har oleh warga sekitar merupakan salah seorang peternak cacing ANC yang justru mengaku sangat nyaman menghabiskan waktu luangnya di kandang budidaya cacing yang berlokasi tepat di belakang rumahnya tersebut.
Cacing ANC (African Night Crawler) sendiri merupakan jenis cacing yang berasal dari dataran hangat benua Afrika dan memiliki ukuran dua kali lebih besar dari cacing tanah. Cacing ini biasa digunakan sebagai pakan ternak, obat tradisional ataupun bahan kosmetik.
Perawatan cacing ANC juga tidak terlalu sulit yakni hanya memerlukan tempat yang teduh dan jauh dari predator seperti burung, ayam, ataupun hewan lainnya termasuk juga semut yang dapat memakan telur telur cacing ANC yang masih belum menetas.
Makanan yang biasa diberikan untuk cacing ANC tersebut adalah blothong yakni salah satu limbah dari pabrik gula yang bersifat padat dan hangat serta memiliki kandungan protein yang terdiri dari 91,5 % albumin, 1% globulin, 3% etanol terlarut dan 4% protein terlarut, adapun harga blothong sendiri yakni kisaran Rp 200 ribu per dump truk yang bisa dibeli secara langsung dari pabrik gula Krebet maupun melalui distributor.
Selain blothong, biasanya juga diberikan makanan tambahan berupa cacahan gedebog pisang yang telah di fermentasi, sisa sayur yang tidak dapat dimasak dan buah busuk yang merupakan sampah organik sisa dapur dan bahan memasak sehingga hal ini juga menjadi salah satu solusi dalam penanganan serta dapat mengurangi penumpukan sampah pada skala rumah tangga.
Jika budidaya berjalan lancar dan terhindar dari predator maka pemanenan cacing ANC dapat dilakukan saat cacing memasuki usia 2, 5 hingga 4 bulan dengan harga jual kisaran Rp 25-40 ribu per kilogram. Waktu terbaik untuk panen juga dapat dilihat dari banyaknya kotoran cacing yang menumpuk pada media budidaya.
Proses pemanenan dilakukan dengan memisahkan cacing dari media menggunakan ayakan dengan tetap menyisakan sebagian cacing dewasa sebagai indukan dan sebagian telur cacing untuk proses budidaya selanjutnya.
Adapun media bekas cacing yang telah dipanen dapat diambil dan dikumpulkan untuk kemudian dijual kepada toko pertanian dengan harga jual yang cukup menguntungkan yakni sekitar Rp 10-15 ribu per karung, media ini sangat bermanfaat bagi petani hortikultura dalam membantu menyuburkan tanaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H